kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Susul China, Myanmar Akan Membayar Minyak Rusia Dalam Rubel


Rabu, 07 September 2022 / 11:58 WIB
Susul China, Myanmar Akan Membayar Minyak Rusia Dalam Rubel
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Pemimpin Myanmar Min Aung Hlaing saat pertemuan di sela Forum Ekonomi Timur (EEF) 2022 di Vladivostok, Rusia, 7 September 2022.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Myanmar jadi negara terbaru yang sepakat untuk membayar minyak Rusia dalam mata uang rubel. Kepastian ini disampaikan langsung oleh pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing pada hari Rabu (7/9).

Dilansir dari Reuters, Kremlin melaporkan bahwa Jenderal Min telah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama pelaksanaan Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rusia.

Kantor berita Rusia, RIA, mengatakan bahwa Putin menyambut baik keputusan Myanmar dan menyebut hubungan kedua negara semakin berkembang ke arah yang positif.

Baca Juga: Rusia Siap Kembali Pasok Gas ke Eropa, Ini Syaratnya

Sebelumnya, pada hari Selasa (6/9), raksasa energi Rusia Gazprom juga memastikan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian dengan China untuk memulai pembayaran pasokan gas ke China dalam yuan dan rubel.

CEO Gazprom Alexei Miller mengatakan mekanisme pembayaran baru adalah solusi yang saling menguntungkan, tepat waktu, andal, dan praktis.

Perubahan ini merupakan bagian dari usaha untuk mengurangi ketergantungan Rusia pada dolar AS, euro, dan mata uang Barat lainnya. Langkah ini dipercepat Rusia setelah mereka menerima serangkaian sanksi sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.

Baca Juga: Pemimpin Junta Myanmar Kembali Berkunjung ke Rusia Demi Dukungan Diplomatik

Jenderal Min dan jajarannya memang diketahui telah berkunjung ke Rusia. Kunjungan ini merupakan kunjungan keduanya dalam waktu kurang dari dua bulan.

Meski tidak menjelaskan agendanya secara rinci, namun kunjungan ini dinilai sebagai upaya Myanmar untuk mencari aliansi di tengah segala sanksi internasional yang mereka terima pasca kudeta awal tahun lalu.




TERBARU

[X]
×