kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,49   -13,02   -1.39%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SVB dan Signature Bank Kolaps, Ini Masalah Pemicunya


Selasa, 14 Maret 2023 / 17:13 WIB
SVB dan Signature Bank Kolaps, Ini Masalah Pemicunya
ILUSTRASI. Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank kollaps dengan sangat cepat ketika terlalu banyak nasabah menarik dana. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank kollaps dengan sangat cepat ketika terlalu banyak nasabah menarik dana mereka dari bank pada saat yang bersamaan.

Melansir MarketWatch pada Selasa (14/3), biasanya jenis risiko paling umum yang dihadapi oleh bank komersial adalah kasus gagal bayar pinjaman. Namun, yang terjadi pada SVB bermuara pada dua risiko besar lainnya yang dihadapi setiap pemberi pinjaman, yakni risiko suku bunga dan risiko likuiditas.

Bank akan menghadapi risiko bunga ketika suku bunga meningkat dengan cepat dalam periode yang lebih singkat.

Sejak Maret 2022, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga secara agresif yang hingga saat ini mencapai 4,5 bps dengan tujuan menjinakkan lonjakan inflasi. Akibatnya, nilai imbal hasil utang turut melonjak pada tingkat yang setara.

Baca Juga: Investor Cemas akan Dampak SVB, Saham Bank Jepang Ikut Melorot

Kemudian pada Maret 2023, nilai obligasi pemerintah AS selama satu tahun mencapai level tertinggi dalam 17 tahun terakhir sebesar 5,25% dan angka itu naik dari 0,5% pada awal 2022. Adapun, nilai obligasi negara selama 30 tahun telah naik hampir 2 bps.

Saat imbal hasil sekuritas naik, harganya akan turun. Kenaikan suku bunga yang begitu cepat dalam waktu yang begitu singkat lantas menyebabkan nilai pasar dari obligasi yang diterbitkan sebelumnya anjlok, terutama untuk obligasi jangka panjang.

Misalnya, keuntungan 2 bps dalam imbal hasil obligasi selama 30 tahun dapat menyebabkan nilai pasarnya turun sekitar 32%.

Dalam kasus ini, SVB memiliki aset sekitar 55%  yang diinvestasikan dalam sekuritas pendapatan tetap, seperti obligasi pemerintah AS.

Sebetulnya, risiko suku bunga yang menyebabkan turunnya nilai pasar sekuritas bukanlah masalah besar selama pemiliknya dapat memegangnya sampai jatuh tempo.

Tetapi jika pemilik harus menjual sekuritas sebelum jatuh tempo pada saat nilai pasar lebih rendah dari nilai nominalnya, kerugian yang belum direalisasi akan menjadi kerugian yang sebenarnya.

Adanya Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah suatu keadaan ketika bank tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa menimbulkan kerugian.

Dalam kasus SVB, nasabahnya menarik simpanan mereka melebihi nilai yang dapat dibayar dengan menggunakan cadangan kas sehingga untuk membantu memenuhi kewajibannya, bank memutuskan menjual $21 miliar portofolio sekuritasnya dengan kerugian $1,8 miliar.

Pengurasan modal ekuitas membuat bank mencoba mengumpulkan modal baru lebih dari US$ 2 miliar.

Namun, niat untuk meningkatkan ekuitas malah menciptakan kepanikan kepada nasabah SVB. Nasabah lalu kehilangan kepercayaan pada bank dan bergegas menarik simpanannya.

Kasus bank run seperti ini bisa menyebabkan bank yang sehat sekalipun bisa bangkrut dalam hitungan hari, apalagi di era digital saat ini.

Selain itu, sebagian nasabah SVB memiliki simpanan jauh di atas $250.000 yang diasuransikan oleh Federal Deposit Insurance Corp. Namun, Sekitar 88% simpanan di SVB masuk asuransi.

Baca Juga: Mencermati Prospek Dividen Jumbo Perbankan Big Cap!

Demikian pula yang terjadi pada Signature. Hari ini, semua bank menghadapi risiko suku karena kampanye kenaikan suku bunga The Fed.

Hal itu mengakibatkan US$ 620 miliar kerugian yang belum direalisasikan pada neraca bank per Desember 2022.

Akan tetapi, sebagian besar bank tidak mungkin memiliki risiko likuiditas yang signifikan.

Meskipun SVB dan Signature memenuhi persyaratan regulasi, tapi komposisi aset mereka tidak sejalan dengan aset rata-rata industri.

Signature memiliki lebih dari 5% asetnya dalam bentuk tunai dan SVB memiliki 7%, lebih kecil dibandingkan dengan aset rata-rata industri sebesar 13%. Selain itu, dalam sekuritas pendapatan tetap, SVB memiliki aset sebesar 55%, lebih besar dibandingkan dengan rata-rata industri sebesar 24%.

Keputusan pemerintah AS untuk mendukung semua simpanan SVB dan Signature terlepas dari ukurannya akan memperkecil kemungkinan bank dengan lebih sedikit kas. Di samping itu, nilai sekuritas yang lebih banyak dalam pembukuan mereka akan menghadapi kekurangan likuiditas karena penarikan besar-besaran yang didorong oleh kepanikan nasabah.

Sebagai informasi, kegagalan di SVB dan Signature ini menjadi dua dari tiga kegagalan terbesar dalam sejarah perbankan AS, menyusul runtuhnya Washington Mutual pada tahun 2008.




TERBARU

[X]
×