Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
Break even atau titik dimana biaya dan pendapatan seimbang telah mencerminkan prospek pasar untuk inflasi harga konsumen selama dekade berikutnya atau menyentuh 1,8% pada hari Jumat atau level tertinggi sejak Juli 2019 lalu.
Minat baru terhadap risiko inflasi telah meningkat sejalan dengan kenaikan data manufaktur di luar AS dan berlanjutnya terhadap ketahanan konsumsi domestik. Dan itu meningkatkan hasil kurva selama beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Hong Kong bakal gelar aksi unjuk rasa besar-besaran selama pekan Natal
Pada bulan Agustus, kegelisahan terhadap ekonomi global menggiring pembeli jatuh dalam tempo lebih lama dan ini mendorong hasilnya di bawah realisasi dua tahun lalu. Pembalikan itu telah menjadi sinyal resesi yang dapat diandalkan dalam beberapa tahun berikutnya.
Sekarang kurva dua hingga 10 tahun diperdagangkan sekitar 29 basis poin, setelah menyentuh titik tertajam sejak Oktober 2018 minggu lalu. Data hari Jumat menunjukkan ukuran tekanan harga yang disukai Fed naik menjadi 1,5%. Itu tertinggi sejak April, meskipun masih jauh dari ambang penting 2% lainnya yaitu target inflasi bank sentral.
"Anda telah melihat peningkatan dalam kurva Treasury, yang saya pikir sedang mencoba untuk mencerminkan beberapa peningkatan dalam ekspektasi inflasi," kata Wilson-Elizondo.
Baca Juga: Indonesia launches B30 biodiesel to cut costs, boost palm oil
"Tapi memasuki tahun baru ini adalah tahun ke-11 dari ekspansi, ada banyak risiko di sana."
Ke depan jika ekonomi global sedang membaik, kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada tahun depan dan hal ini menambatkan imbal hasil pada obligasi negara yang bertenor pendek.