kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Taiwan: China blokir kesepakatan dengan BioNTech untuk vaksin Covid-19


Kamis, 27 Mei 2021 / 06:03 WIB
Taiwan: China blokir kesepakatan dengan BioNTech untuk vaksin Covid-19
ILUSTRASI. Taiwan secara langsung menuduh China memblokir kesepakatan dengan BioNTech SE Jerman untuk vaksin Covid-19.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pada Rabu (26/5/2021), untuk pertama kalinya, Taiwan secara langsung menuduh China memblokir kesepakatan dengan BioNTech SE Jerman untuk vaksin Covid-19. Perang kata-kata antara kedua negara kian meningkat setelah Beijing menawarkan suntikan vaksin ke pulau tersebut melalui perusahaan China.

Mengutip Reuters, Taiwan memiliki jutaan suntikan vaksin Covid-19 yang dipesan dari AstraZeneca Plc dan Moderna Inc. Akan tetapi, mereka hanya menerima sekitar 700.000 hingga saat ini. Alhasil, Taiwan hanya dapat memvaksinasi sekitar 1% dari populasinya ketika kasus Covid-19 melonjak.

Sementara Taiwan sebelumnya mengatakan tidak dapat menandatangani kontrak akhir dengan BioNTech. Negara tersebut hanya menyiratkan bahwa tekanan Tiongkok yang harus disalahkan atas peristiwa tersebut.

China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan sering menekan negara maupun perusahaan untuk membatasi hubungan mereka dengan pulau itu.

Baca Juga: Krisis vaksin Covid-19 di Taiwan, China tawarkan bantuan

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan pada pertemuan Partai Progresif Demokratiknya yang berkuasa bahwa pesanan Taiwan untuk suntikan AstraZeneca dan Moderna telah dipesan dengan "lancar".

"Sedangkan untuk BioNTech Jerman, kami hampir menyelesaikan kontrak dengan pabrik asal Jerman, tapi karena campur tangan China, hingga kini belum ada cara untuk menyelesaikannya," katanya kepada Reuters.

Baca Juga: Tidak mendapat hak bersuara,Taiwan menuding WHO berpihak pada China

Taiwan, yang memiliki populasi lebih dari 23 juta orang, telah membeli hampir 30 juta suntikan, kata Tsai, tanpa memberikan rincian.




TERBARU

[X]
×