kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Taiwan Ingatkan Blokade China Akan Menjadi Tindakan Perang


Rabu, 23 Oktober 2024 / 15:45 WIB
Taiwan Ingatkan Blokade China Akan Menjadi Tindakan Perang
ILUSTRASI. Seorang pelaut Taiwan di atas kapal Angkatan Laut Taiwan melihat ke arah kapal perang China saat bernavigasi di perairan lepas pantai barat Taiwan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 23 Mei 2024. Kementerian Pertahanan Taiwan/Handout via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  TAIPEI. Menteri Pertahanan Taiwan, Wellington Koo, pada Rabu menyatakan bahwa blokade nyata oleh Cina terhadap Taiwan akan dianggap sebagai tindakan perang dan memiliki dampak luas terhadap perdagangan internasional. 

Pernyataan ini disampaikan setelah latihan militer China pekan lalu yang mensimulasikan skenario blokade tersebut.

China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, selama lima tahun terakhir hampir setiap hari melakukan aktivitas militer di sekitar pulau tersebut, termasuk latihan perang yang mensimulasikan blokade dan serangan terhadap pelabuhan. Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan Beijing tersebut.

Baca Juga: Xi Jinping Kunjungi Pulau Garis Depan yang Berhadapan dengan Taiwan, Ada Apa?

Latihan perang terbaru China, yang dilakukan pekan lalu, mencakup simulasi blokade pelabuhan dan wilayah, serta serangan terhadap target maritim dan darat.  

Koo menjelaskan kepada wartawan di parlemen bahwa meskipun latihan "Joint Sword-2024B" mencakup area tertentu, tidak ada zona larangan terbang atau berlayar yang diberlakukan. Berdasarkan hukum internasional, blokade akan melarang semua pesawat dan kapal memasuki suatu area.

“Menurut resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, blokade dianggap sebagai bentuk perang,” kata Koo. 

Ia menambahkan bahwa latihan militer berbeda secara signifikan dari blokade, begitu juga dampaknya terhadap masyarakat internasional. Koo menekankan bahwa blokade akan memiliki konsekuensi yang melampaui Taiwan, karena seperlima dari perdagangan dunia melewati Selat Taiwan. 

Baca Juga: Xi Jinping Serukan Penyatuan Kembali Taiwan saat Pidato Hari Nasional, Taipei Waspada

"Masyarakat internasional tidak akan tinggal diam dan hanya menonton," tegasnya.

Taiwan telah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan blokade, termasuk memastikan pasokan makanan. Namun, Koo menunjukkan bahwa gas alam cair (LNG) adalah titik lemah. 

Pejabat dari Kementerian Ekonomi, Hu Wen-chung, menambahkan bahwa saat ini Taiwan memiliki persediaan LNG untuk sekitar delapan hari, dan sedang berencana untuk memperpanjangnya menjadi 14 hari pada tahun 2027. 

Sebagai langkah darurat, pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah tidak beroperasi dapat diaktifkan kembali.

Aktivitas Militer Berlanjut

Meskipun latihan perang pekan lalu hanya berlangsung sehari, aktivitas militer China terus berlanjut. China belum pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk menguasai Taiwan. 

Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan pada hari Rabu bahwa kelompok kapal induk China melewati Selat Taiwan, bergerak ke arah utara setelah melewati perairan dekat Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan. Armada tersebut dipimpin oleh Liaoning, kapal induk tertua dari tiga kapal induk Cina.

Kapal-kapal China terpantau pada Selasa malam dan Taiwan mengawasi pergerakan armada tersebut. Kepulauan Pratas terletak di ujung utara Laut China Selatan. Kementerian Pertahanan China belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait aktivitas ini.

Baca Juga: Xi Jinping Memperingatkan Rakyat China Soal Tantangan Berat pada Masa Depan

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa karena Taiwan adalah bagian dari wilayah China, "tidak ada yang lebih normal daripada kapal induk China beroperasi di wilayah dan perairan mereka sendiri."

Kapal induk Liaoning juga terlibat dalam latihan perang yang sama pekan lalu di dekat Taiwan. Saat itu, Taiwan melaporkan bahwa Liaoning beroperasi di lepas pantai tenggara pulau tersebut dan meluncurkan pesawat dari geladaknya. 

Bulan lalu, Jepang juga melaporkan bahwa kapal induk yang sama memasuki perairan terdekat mereka untuk pertama kalinya.

China telah beberapa kali mengarungi Selat Taiwan yang strategis, termasuk pada Desember lalu, sebelum Taiwan mengadakan pemilihan umum. 

Baca Juga: Taiwan Bunyikan Alarm Kencang Terait Ancaman Militer Baru dari China

China mengklaim bahwa mereka memiliki yurisdiksi tunggal atas selat yang lebarnya sekitar 180 km tersebut, yang merupakan jalur utama perdagangan internasional. Namun, Taiwan dan Amerika Serikat membantah klaim ini, dengan menyatakan bahwa Selat Taiwan adalah jalur air internasional.

Angkatan Laut AS secara rutin melewati selat ini untuk menegaskan hak kebebasan navigasi. Negara-negara sekutu lainnya, seperti Kanada, Jerman, dan Inggris, juga telah melakukan misi serupa, yang memicu kemarahan Beijing. 

Taiwan juga khawatir tentang penggunaan penjaga pantai China dalam latihan perang terakhir, terutama jika kapal sipil Taiwan diinspeksi sebagai bagian dari upaya Beijing untuk menegaskan otoritas hukumnya di selat tersebut. 

Baca Juga: China Marah Besar kepada Jerman, Ini Penyebabnya

Penjaga pantai Taiwan, dalam laporan kepada parlemen, menyatakan bahwa jika hal ini terjadi, kapal mereka akan merespons dengan prinsip "tidak memprovokasi tetapi tidak mundur," dan akan menghentikan tindakan tersebut dengan segala kekuatan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×