CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Taiwan Sebut China Belum Mampu Serang, Tapi Punya Pilihan Lain untuk Mengancam


Jumat, 30 Agustus 2024 / 15:36 WIB
Taiwan Sebut China Belum Mampu Serang, Tapi Punya Pilihan Lain untuk Mengancam
ILUSTRASI. Jet tempur F-16V meluncur di landasan pacu di pangkalan Angkatan Udara, saat militer Taiwan menggelar latihan peningkatan kesiapsiagaan menjelang Tahun Baru Imlek, di tengah meningkatnya ancaman dari Tiongkok, di Chiayi, Taiwan, pada 5 Januari 2022. Taiwan menyatakan bahwa China belum memiliki kemampuan untuk melakukan invasi penuh terhadap tapi punya cara lain.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  TAIPEI. Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan bahwa China belum memiliki kemampuan untuk melakukan invasi penuh terhadap Taiwan karena keterbatasan peralatan. 

Meski begitu, China terus mengembangkan senjata canggih dan mempertimbangkan opsi lain untuk menekan Taiwan, seperti memeriksa kapal kargo asing di perairan sekitar pulau tersebut.

Dalam laporan ancaman tahunan yang disampaikan kepada parlemen, Taiwan menyoroti bahwa China telah meningkatkan tekanan militer dan politik dalam lima tahun terakhir untuk memperkuat klaimnya atas Taiwan. 

Baca Juga: Pertikaian dengan China Meluas ke Wilayah Udara, Filipina Bakal Beli 40 Jet Tempur

Namun, kementerian pertahanan Taiwan menekankan bahwa meskipun China semakin mahir dalam operasi militer gabungan, kemampuan logistik dan peralatan pendaratan yang tidak memadai, serta kondisi geografis Selat Taiwan, masih menjadi kendala utama bagi Beijing.

China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau tersebut. Namun, menurut laporan, China belum memiliki kemampuan tempur formal untuk melakukan invasi skala penuh ke Taiwan.

Kendati demikian, China sedang mempercepat pengembangan berbagai senjata canggih, seperti pesawat pengebom H-20, rudal hipersonik, dan peningkatan jumlah hulu ledak nuklir. Mereka juga menguji taktik baru untuk memperkuat posisi militernya.

Baca Juga: Penasihat Keamanan AS Bertemu Xi Saat Perundingan Besar AS & China Hampir Berakhir

Pada bulan Mei, setelah Lai Ching-te diangkat sebagai Presiden Taiwan, China menggelar latihan militer di sekitar pulau tersebut. Dalam latihan tersebut, untuk pertama kalinya, kapal penjaga pantai China dilibatkan dalam latihan intersepsi dan inspeksi di lepas pantai timur Taiwan. 

Kementerian pertahanan Taiwan menyebut latihan ini sebagai upaya China untuk memutus komunikasi Taiwan dengan dunia luar dan memblokade pulau tersebut, termasuk kemungkinan menaiki kapal kargo asing sebagai langkah alternatif selain konflik terbuka.

Perairan di sekitar Taiwan, termasuk Selat Taiwan, merupakan jalur pelayaran internasional yang sibuk. Namun, hingga saat ini, kementerian pertahanan China belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut.

Baca Juga: Pamer Kekuatan, Taiwan Tembakkan Rudal Patriot & Sky Bow III

Dalam sebuah konferensi pers di Beijing, juru bicara kementerian pertahanan China, Wu Qian, menegaskan bahwa selama Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan terus mendorong upaya kemerdekaan, tidak akan ada perdamaian. 

Ia memperingatkan bahwa semakin Taiwan memprovokasi, semakin cepat Taiwan akan menghadapi kehancuran.

Taiwan merencanakan peningkatan signifikan dalam anggaran pertahanannya untuk tahun depan, sejalan dengan upaya mereka memperkuat kemampuan militer, termasuk pengembangan rudal, kapal selam, dan senjata lainnya sebagai langkah pencegahan terhadap ancaman dari China. 

Baca Juga: Taiwan Kerek Anggaran Pertahanan 7,7% pada 2025 di Tengah Ancaman Militer China

Presiden Lai, yang dituduh sebagai separatis oleh China, kembali menawarkan dialog dengan Beijing, namun tawaran tersebut ditolak. Ia menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka.

"Kami akan terus meningkatkan kemampuan pertahanan diri kami dan menunjukkan kepada dunia bahwa kami bersatu sebagai bangsa dan bertekad untuk melindungi negara kami," ujar Lai.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×