Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Meski memerangi peredaran sabu jadi salah satu program utama Taliban, nyatanya perdagangan sabu di Afghanistan justru meningkat sejak mereka mengamil alih kekuasaan.
Badan pengawas narkoba dan kejahatan PBB atau UN Office of Drugs and Crime (UNODC) dalam laporan terbarunya hari Minggu (10/9) mengatakan bahwa perdagangan metamfetamin atau sabu di Afghanistan semakin menjamur sejak Taliban menguasai negara itu.
UNODC juga menegaskan bahwa situasi ini terjadi ketika Taliban sedang berusaha memberantas perdagangan heroin sejak mereka mengambil alih kekuasaan.
"Meningkatnya perdagangan metamfetamin di Afghanistan dan kawasan ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam pasar obat-obatan terlarang dan memerlukan perhatian kita segera," kata Ghada Waly, Direktur Eksekutif UNODC, dikutip Reuters.
Pemerintah Taliban pada bulan April lalu telah mengumumkan larangan terhadap produksi narkotika di Afghanistan. Taliban berupaya keras untuk menghapus gelar 'produsen opium utama dunia' dari Afghanistan.
Baca Juga: PBB: Ribuan Anggota ISIS Masih Aktif di Irak dan Suriah, Mulai Mengancam Afghanistan
Dalam menjalankan kebijakan ini, Taliban mengerahkan pasukan keamanan untuk melakukan tindakan keras terhadap petani opium dengan menghancurkan ladang opium mereka.
Sayangnya langkah tersebut tidak efektif. UNODC mengatakan bahwa perdagangan sabu telah meningkat sejak pelarangan tersebut diluncurkan.
UNODC mencatat angka penyitaan sabu Afghanistan dan sekitarnya melonjak 12 kali lipat dalam lima tahun hingga tahun 2021. Antara tahun 2019 dan 2022, negara-negara terdekat seperti Iran dan Pakistan juga melaporkan peningkatan penyitaan.
Di negara yang lebih jauh seperti Perancis dan Australia, melaporkan bahwa mereka telah melakukan penyitaan metamfetamin yang kemungkinan besar berasal dari Afghanistan.
Baca Juga: PBB Bersiap Angkat Kaki dari Afghanistan Jika Taliban Tetap Mendiskriminasi Perempuan
Afghanistan diketahui menjadi rumah yang nyaman bagi tanaman ephedra, bahan baku metamfetamin. Namun, UNODC mengatakan para produsen sabu lokal tidak hanya bergantung pada tanaman ephedra karena jadwal panen yang tidak menentu.
UNODC pun membenarkan bahwa sebagian besar sabu dari Afghanistan dibuat dengan bahan-bahan yang sudah ada sebelumnya seperti yang ditemukan dalam beberapa obat flu.
Menurut UNODC, obat flu biasa dan sejumlah bahan kimia tingkat industri justru lebih efisien dan hemat biaya untuk pembuatan metamfetamin. Praktik ini menjadi alasan mengapa peredaran sabu bisa terus terjadi dalam skala besar.