Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - TAIPE. Taiwan bakal menggelar simulasi perang dengan bantuan komputer selama delapan hari pada bulan ini, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada Rabu (7 April).
Pernyataan itu keluar beberapa hari setelah China mengungkapkan, kelompok kapal induk mereka sedang melakukan latihan di dekat Taiwan dan pelatihan semacam itu akan menjadi rutinitas.
Melansir Reuters, simulasi komputer dari serangan China atas Taiwan akan berlangsung mulai 23 hingga 30 April, dan akan menjadi fase pertama dari latihan perang tahunan terbesar Taiwan.
Fase kedua, menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, akan mencakup latihan tembakan langsung dan berlangsung pada Juli nanti.
Baca Juga: Serangan baru, 10 pesawat tempur China masuki zona pertahanan Taiwan
Taiwan yang diklaim China sebagai wilayahnya telah berada di bawah tekanan militer yang meningkat dari Beijing dalam beberapa bulan terakhir. Angkatan Udara China hampir setiap hari melakukan serangan di zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
"Latihan tersebut dirancang berdasarkan ancaman musuh terberat, yang mensimulasikan semua kemungkinan skenario invasi musuh di Taiwan," kata Mayor Jenderal Liu Yu-Ping kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
Ia mengungkapkan, latihan tersebut akan menggunakan sistem Simulasi Tingkat Teater Bersama dan akan berlangsung selama 24 jam sehari.
Libatkan 8.000 pasukan cadangan
Angkatan Laut China mengatakan pada Senin (5 April), kelompok kapal induk mereka sedang melakukan latihan di dekat Taiwan dan latihan semacam itu akan menjadi rutin, menandai peningkatan ketegangan lebih lanjut.
Baca Juga: Memanas! Kapal induk China dekati Taiwan, kapal induk AS menuju Laut China Selatan
Keesokan harinya, Angkatan Laut AS menyatakan, Theodore Roosevelt Carrier Strike Group memasuki Laut China Selatan pada 4 April untuk melakukan operasi rutin, kunjungan kedua tahun ini.
Fase kedua dari latihan perang Taiwan akan melibatkan mobilisasi sekitar 8.000 pasukan cadangan untuk bergabung dengan latihan tembak langsung dan anti-pendaratan. Sementara personel rumah sakit mengadakan latihan untuk menangani gelombang besar korban.
Ketika ditanya, apakah Kedutaan Besar de facto, Institut Amerika Serikat di Taiwan, akan mengirim perwakilan untuk mengawasi latihan tersebut, Liu bilang, rencana seperti itu telah "dibahas" tetapi "tidak akan dilaksanakan", dengan alasan sensitivitas militer.
Washington tidak memiliki hubungan formal dengan Taipei tetapi merupakan pemasok senjata terbesarnya. Pemerintahan Presiden Joe Biden telah bergerak untuk meyakinkan Taiwan bahwa komitmennya kepada mereka "sangat kokoh".