Sumber: Reuters | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - Kanselir Jerman Olaf Scholz mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin dalam panggilan telepon pada hari Jumat untuk memulai pembicaraan dengan Ukraina yang akan membuka jalan bagi perdamaian yang adil dan abadi. Ini merupakan sambungan telepon pertama yang terjadi dalam 2 tahun terakhir.
Dalam percakapan telepon selama satu jam itu, Scholz juga menuntut penarikan pasukan Rusia dari Ukraina dan menegaskan kembali dukungan berkelanjutan Jerman untuk Ukraina.
Panggilan ini sendiri terjadi saat Ukraina menghadapi kondisi yang semakin sulit di medan perang di tengah kekurangan senjata dan personel sementara pasukan Rusia terus maju.
"Kanselir mendesak Rusia untuk menunjukkan kesediaan untuk memasuki pembicaraan dengan Ukraina dengan tujuan mencapai perdamaian yang adil dan abadi," kata juru bicara pemerintah Jerman, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (15/11).
Baca Juga: Menguji Kemampuan 5 Drone Paling Mematikan di Dunia
"Dia menekankan tekad Jerman yang tak tergoyahkan untuk mendukung Ukraina dalam pertahanannya melawan agresi Rusia selama diperlukan," tambah juru bicara itu.
Sebelumnya, Scholz juga telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan akan memberi pengarahan kepada pemimpin Ukraina tentang hasilnya setelahnya.
Jerman adalah pendukung keuangan terbesar Ukraina, sekaligus penyedia senjata terbesarnya setelah Amerika Serikat. Namun dukungan Negeri Paman Sam untuk Kyiv tampak tidak pasti setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.
Baca Juga: Rusia Menyangkal Rumor Ada Pembicaraan Rahasia Trump dan Putin
Trump telah berulang kali mengkritik skala bantuan keuangan dan militer Barat ke Ukraina dan telah mengisyaratkan bahwa ia dapat segera mengakhiri perang.
Scholz dan Putin terakhir kali berbicara pada Desember 2022, 10 bulan setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, yang membuat hubungan dengan Barat membeku paling dalam sejak Perang Dingin.
Di dalam negeri, Scholz, dikenal sebagai kanselir Jerman yang paling tidak populer. Sekarang, ia sedang mempersiapkan diri untuk pemilihan nasional pada 23 Februari di mana Partai Sosial Demokratnya menghadapi persaingan ketat dari partai-partai sayap kiri dan sayap kanan yang kritis terhadap dukungan Jerman untuk Ukraina.