kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terkontraksi parah tahun ini, pemulihan ekonomi global butuh waktu lama


Jumat, 24 April 2020 / 17:44 WIB
Terkontraksi parah tahun ini, pemulihan ekonomi global butuh waktu lama
ILUSTRASI. Ilustrasi pertumbuhan ekonomi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Risiko ekonomi akibat pandemi virus corona baru (Covid-19) diperkirakan bakal menyebabkan ekonomi global mengalami kontraksi terparah tahun ini. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap ekonom, pemulihan ekonomi diprediksi akan butuh waktu cukup lama.

Kebijakan lockdown yang diterapkan banyak negara untuk menekan penyebaran Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 2,6 juta orang di seluruh dunia, membuat kegiatan ekonomi global terhenti terutama di sektor industri jasa.

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 500 ekonom dari seluruh dunia yang digelar selama beberapa pekan terakhir ini menunjukkan sebagian besar negara maju berada dalam kemerosotan ekonomi yang parah dan pemulihan ekonomi menunjukkan grafik berbentuk U (U-shape).

Baca Juga: Ekonomi kuartal II-2020 terancam anjlok ke 1%, apa antisipasi yang bisa dilakukan?

Lebih dari 55% atau 87 orang dari 155 ekonom berpendapat, pemulihan ekonomi global akan berbentuk U. Sementara 31 analis mengatakan akan berbentuk V dan 24 lagi mengatakan itu lebih mirip tanda centang. Beberapa responden melihat akan berbentuk huruf W atau L.

Ekonomi global diperkirakan menyusut 2,0% tahun ini. Perkiraan itu, jauh lebih rendah dari perkiraan kontraksi tiga pekan lalu sebesar 1,2% dan perkiraan pertumbuhan 1,6% sebelum jajak pendapat 20 Maret lalu. Itu menggarisbawahi prospek ekonomi global sangat cepat berubah memburuk.

Pandangan terbaru sektor swasta terlihat agak kurang pesimis daripada perkiraan terbaru IMF yang memperkirakan kontraksi 3,0% tahun ini, merevisi perkiraan awal tahun sebesar 3,3%.

Michael Hanson, ekonom senior global JPMorgan mengatakan, ekonomi global rontok dengan kecepatan yang tidak pernah terlihat sejak Perang Dunia II. Menurutnya, dengan adanya dukungan kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya ekonomi global akan memulai rebound lebih cepat daripada dalam resesi biasa, tetapi aktivitas ekonomi akan tetap tertekan hingga akhir 2021.

"Pembukaan kembali ekonomi akan terhuyung-huyung sampai tersedia vaksin secara luas, menyiratkan bentuk grafik pemulihan ekonomi global yang lebih mendekati huruf U daripada bentuk V,"kata Michael dikutip Reuters, Jumat (24/4)

Dalam jajak pendapat itu, pertumbuhan global tahun depan diperkirakan akan kembali ke 4,5%, jauh lebih lemah dari prediksi pertumbuhan IMF sebesar 5,8%.

Beberapa jajak pendapat Reuters selama dua bulan terakhir, para ekonom yang umumnya lebih optimis menyikapi kondisi ekonomi, belakangan jadi sangat berhati-hati. Semakin banyak dari mereka yang berulang kali memangkas perkiraan yang sudah suram untuk negara-negara maju dan negara berkembang.

Perkiraan produk domestik bruto untuk semua 42 ekonomi yang disurvei oleh Reuters bulan ini diturunkan untuk tahun 2020 dan harapan untuk tahun depan adalah yang terbaik.

Baca Juga: Fund manager JPMorgan buktikan investasi saham negara berkembang menguntungkan

Itu menunjukkan jumlah dukungan fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia akan melunakkan pukulan dari pandemi tersebut.

Namun, hampir 90% ekonom, atau 147 dari 165 mengatakan perkiraan mereka untuk paruh kedua 2020 berisiko cenderung lebih condong ke sisi negatif, yang menunjukkan prospek kemungkinan penurunan lagi jika pandemi memburuk.

"Kami cenderung melihat kontraksi yang lebih dalam pada tahun 2020 daripada selama krisis keuangan global. Tetapi itu sangat tergantung pada apa yang terjadi selanjutnya, berapa lama pembatasan akan bertahan, apa yang dapat diberikan ilmu kedokteran, serta dukungan kebijakan apa yang tersedia, "kata Janet Henry, kepala ekonom global di HSBC .

Henry melihat, kondisi ini bukan hanya masalah jangka pendek, tetapi berimplikasi jangka menengah hingga jangka panjang pada pertumbuhan global, tingkat utang, kebijakan publik, dan globalisasi secara luas.

Resesi ekonomi AS terlihat jauh lebih buruk dari yang diperkirakan beberapa pekan lalu. Ekonomi zona euro mengarah pada rekor resesi terdalam dan ekonomi Inggris juga diperkirakan akan menderita penurunan terburuk yang pernah ada di masa damai.

Tekanan penurunan juga menghantam pasar tenaga kerja AS, di mana pengangguran berada di dekat posisi terendah bersejarah sebelum krisis.

Rekor baru 26 juta warga AS yang mencari tunjangan pengangguran selama lima pekan terakhir, mengonfirmasikan bahwa semua pekerjaan yang diciptakan selama ledakan pekerjaan terpanjang di AS, telah hilang dalam waktu sekitar sebulan.

Baca Juga: ADB setujui utang ke RI untuk corona US$ 1,5 miliar

Tingkat pengangguran di sebagian besar negara maju yang disurvei, diprediksi akan melesat dalam beberapa bulan mendatang. "Kami melihat klaim yang meyakinkan di Inggris dan AS, bahwa jutaan bahkan puluhan juta orang akan menganggur. Sekali lagi mengingatkan kita pada memori hitam-putih antrian panjang para pengangguran membawa spanduk 'Will Work For Food'," ungkap Michael Every, ahli strategi global di Rabobank.

Negara-negara berkembang di Asia hingga Afrika, Eropa dan Amerika Latin diperkirakan akan berjuang lebih berat dengan kemampuan pemerintah dan bank sentral yang terbatas, untuk berjuang melawan tekanan penurunan dan resesi yang dalam.




TERBARU

[X]
×