Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Para ekonom mengaitkan perlambatan tersebut dengan dampak tarif AS terhadap ekspektasi konsumen dan permintaan yang lesu di dalam negeri.
Sektor komoditas juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan dengan tingkat pemrosesan minyak mentah harian negara tersebut turun 4,9% pada bulan April dari bulan Maret. Sementara produksi baja mentah turun 7% dari bulan ke bulan.
Di sisi lain, dorongan pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran rumah tangga melalui skema tukar tambah untuk barang-barang konsumen menyebabkan kenaikan penjualan peralatan rumah tangga sebesar 38,8%.
Data NBS juga menunjukkan tingkat pengangguran turun menjadi 5,1% dari 5,2% pada bulan Maret. Namun, bukti anekdotal menunjukkan bahwa beberapa pabrik yang sangat bergantung pada pasar AS telah mengirim pekerja mereka pulang.
Dengan tekanan deflasi yang terus-menerus dan data pinjaman bank yang lebih buruk dari perkiraan, para ekonom menyoroti perlunya lebih banyak dukungan kebijakan untuk mendorong pemulihan yang berkelanjutan.
Tonton: Gara-Gara Warga China Suka Kopi Campur Santan, Harga Kelapa di Indonesia Jadi Mahal
"Kami memperingatkan bahwa kekuatan pertumbuhan jangka pendek mengorbankan efek pengembalian di kemudian hari dan percaya pelonggaran kebijakan yang lebih banyak diperlukan untuk menstabilkan pertumbuhan, lapangan kerja, dan sentimen pasar," kata para ekonom Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
Ekonomi Tiongkok tumbuh 5,4% pada kuartal pertama, melampaui ekspektasi. Pihak berwenang tetap yakin akan mencapai target pertumbuhan Beijing sekitar 5% tahun ini, meskipun ada peringatan dari para ekonom bahwa tarif AS dapat menggagalkan momentum ini.