Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan bahwa negaranya belum mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Kamboja. Ia memastikan militer Thailand akan terus melanjutkan operasi tempur di wilayah perbatasan yang disengketakan oleh kedua negara.
Pernyataan tersebut disampaikan Anutin di tengah klaim sejumlah pihak internasional yang menyebut telah ada kesepakatan penghentian permusuhan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang berperan sebagai mediator utama dalam upaya perdamaian Thailand–Kamboja, mengatakan bahwa kedua negara seharusnya menghentikan permusuhan mulai Sabtu malam.
Namun, klaim tersebut bertolak belakang dengan situasi di lapangan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan menyatakan pada Jumat malam bahwa dirinya telah berhasil menengahi gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja.
Pernyataan itu dengan cepat terpatahkan oleh berlanjutnya aksi militer di perbatasan. Hingga kini, pemerintah Kamboja belum memberikan komentar resmi terkait klaim Trump tersebut.
Baca Juga: Konflik Bersenjata Kamboja–Thailand Memasuki Hari ke-5, Trump Siap Turun Tangan
Korban Bertambah, Militer Thailand Terus Bertempur
Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri, mengatakan bahwa empat tentara Thailand tewas pada Sabtu di wilayah Chong An Ma, sehingga total korban dari pihak Thailand mencapai 14 prajurit sejak pertempuran kembali pecah pada Senin lalu.
Sementara itu, otoritas Kamboja belum melaporkan adanya korban jiwa akibat serangan terbaru tersebut.
Secara keseluruhan, lebih dari 20 orang dilaporkan tewas di kedua negara, dengan hampir 200 orang lainnya luka-luka selama enam hari pertempuran terakhir.
Konflik ini juga memicu pengungsian besar-besaran, dengan sekitar 600.000 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja sepanjang 800 kilometer. Sengketa ini berpusat pada klaim kepemilikan kuil-kuil kuno berusia ratusan tahun.
“Thailand akan terus melakukan tindakan militer sampai kami merasa tidak ada lagi ancaman dan bahaya terhadap tanah air serta rakyat kami. Saya ingin menegaskan hal ini. Tindakan kami pagi ini sudah berbicara dengan sendirinya,” tulis Anutin dalam unggahan Facebook pada Sabtu pagi.
Kamboja Tuduh Thailand Terus Bombardir Wilayahnya
Pernyataan Anutin muncul setelah Kamboja menuduh Thailand masih terus melakukan pengeboman, hanya beberapa jam setelah Presiden Trump menyatakan bahwa Bangkok dan Phnom Penh telah sepakat menghentikan pertempuran.
Baca Juga: Krisis Politik Memuncak, PM Thailand Bubarkan Parlemen
Kementerian Pertahanan Kamboja menyebut bahwa pada 13 Desember 2025, militer Thailand menggunakan dua jet tempur F-16 untuk menjatuhkan tujuh bom ke sejumlah target di wilayah Kamboja.
“Pasukan Thailand belum menghentikan pengeboman dan masih terus melanjutkannya,” tulis kementerian tersebut di media sosial, seraya merinci serangan udara dan darat terhadap desa-desa hingga pukul 08.00 waktu setempat (01.00 GMT) pada Sabtu.
Media lokal The Khmer Times, mengutip Kementerian Informasi Kamboja, melaporkan bahwa dua hotel di wilayah Thmor Da, Provinsi Pursat, yang berbatasan langsung dengan Thailand, menjadi sasaran serangan. Foto-foto yang dipublikasikan menunjukkan bangunan hotel dan kasino mengalami kerusakan parah.
Dalam serangan lain, angkatan laut Thailand dilaporkan melepaskan 20 tembakan artileri dari kapal perang ke wilayah Provinsi Koh Kong, menghantam area hotel dan pantai.
Perbatasan Ditutup, Warga Diminta Bertahan di Lokasi Masing-Masing
Meski konflik terus berlanjut, Kementerian Dalam Negeri Kamboja mengumumkan penutupan perbatasan dengan Thailand, yang berlaku segera hingga waktu yang belum ditentukan.
Dalam pernyataannya, pemerintah Kamboja meminta warga Kamboja yang tinggal dan bekerja di Thailand untuk tetap berada di sana, sementara warga Thailand juga diminta tetap tinggal di Kamboja, setidaknya sampai gencatan senjata benar-benar diterapkan.
Sabtu ini menandai hari keenam pertempuran antara kedua negara Asia Tenggara tersebut, setelah kesepakatan damai yang dimediasi Presiden Trump pada Oktober lalu runtuh pada Senin.
Klaim Trump Dibantah Thailand
Konflik terus berlangsung meskipun Trump kembali mengumumkan di media sosial bahwa ia telah menengahi kesepakatan antara para pemimpin Thailand dan Kamboja untuk “menghentikan semua tembakan”.
Baca Juga: PM Thailand Akan Berbicara dengan Trump Bahas Bentrokan di Kamboja
“Saya melakukan percakapan yang sangat baik pagi ini dengan Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, terkait bangkitnya kembali perang lama mereka yang sangat disayangkan,” tulis Trump di platform Truth Social.
Trump juga mengklaim bahwa sebuah ranjau pinggir jalan yang menewaskan dan melukai sejumlah tentara Thailand hanyalah sebuah kecelakaan. Klaim tersebut dibantah langsung oleh Anutin, yang menegaskan bahwa insiden itu “jelas bukan kecelakaan”.
Faktor Politik Domestik Thailand
Koresponden Al Jazeera di Bangkok, Jack Barton, menilai konflik ini justru menguntungkan posisi politik Anutin di dalam negeri. Hal itu terjadi bertepatan dengan pengumuman Anutin untuk membubarkan parlemen akibat kebuntuan legislasi dengan Partai Rakyat (People’s Party), yang membuka jalan bagi pemilu kilat.
“Konflik ini membuat popularitasnya meningkat, setelah sebelumnya survei menunjukkan penurunan akibat penanganan banjir di Thailand selatan dan kondisi ekonomi,” ujar Barton.
Ia menambahkan, kecil kemungkinan Anutin akan menyetujui gencatan senjata penuh sebelum hasil pemilu yang diperkirakan berlangsung dalam dua bulan ke depan diketahui.













