Sumber: Bloomberg | Editor: Didi Rhoseno Ardi
BANGKOK. Bank sentral Thailand memangkas suku bunga patokannya cukup besar untuk menopang perekonomian yang berantakan lantaran kekacauan politik lokal dan resesi global.
Bank of Thailand mengurangi tingkat suku bunga gadai obligasi sebesar 1% menjadi 2,75%. Tidak ada satu pun dari 21 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg meramalkan pemangkasan yang sedemikian besar.
“Kondisi perekonomian terus memburuk. Kami belum melihat penggerak yang mampu menggelindingkan pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah, yang awalnya kami harapkan akan bisa melajukan perekonomian, akan kami tunda,” kata Duangmanee Vongpradhip, asisten gubernur Bank of Thailand.
Indeks SET Thailand mumbul 2,6% pada pukul 15.34 waktu Bangkok dan membuat nilai saham yang terjungkal tahun ini mencapai 54%. Baht Thailand sedikit berubah, menjadi 35,6 per dolar AS.
“Mereka dengan jelas memutuskan untuk memulai ketenteraman dengan ledakan (pemotongan suku bunga-red) yang sangat keras, cukup besar untuk menopang sentimen di dalam perekonomian domestik,” kata Prakriti Sofat, ekonom HSBC Holdings Plc di Singapore. Menurutnya, ada begitu banyak kekacauan di Thailand yang menggiring sentimen bisnis di negara tersebut menjadi jatuh drastis dan kepercayaan konsumen juga menciut.
Sekadar catatan, Thailand mengikuti negara-negara di Asia dari Malaysia hingga China untuk menyusutkan bunga pinjaman seiring inflasi kian membeku ditengah permintaan global juga makin sedikit dan harga komoditi amblek. Bankir-bankir di Asia juga menajamkan fokusnya untuk mendorong pertumbuhan.
“Kebijakan fiskal tidak bisa berjalan karena permasalahan politik,” kata
Luz Lorenzo, ekonom ATR-Kim Eng Securities Inc. di Manila. Menurutnya, kebijakan moneter sebaiknya menjadi perangsang.
Perekonomian Thailand tumbuh melambat sebesar 4% di kuartal ketiga seiring dengan ekspor yang mandek dan protes politik yang membanting belanja domestik. Inflasi per November kemarin 2,2%, paling lambat sepanjang14 bulan ini.