Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga tampaknya masih terus berlanjut setelah Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu (16/6). Beberapa bank sentral lainnya diprediksi bakal menyusul kebijakan dari bank sentral AS ini.
Yang paling dekat dengan rencana kenaikan suku bunga acuan adalah Bank of England (BoE). Terlebih saat ini Inggris sedang menghadapi lonjakan inflasi dan hampir menyentuh dua digit.
Pasar keuangan sepenuhnya memperhitungkan kenaikan suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase menjadi 1,25%, namun investor telah menempatkan probabilitas hampir 50% pada kenaikan setengah poin oleh BoE.
Jika benar terjadi, ini akan menjadi kenaikan suku bunga kelima bagi BoE sejak Desember lalu. Kenaikan setengah poin pun bakal menjadi yang pertama dilakukan sejak tahun 1995.
Saat ini, inflasi di Inggris telah mencapai level tertinggi dalam 40 tahun setelah menyentuh 9% pada bulan April lalu. Menurut perkiraan bank sentral, inflasi akan melampaui 10% di akhir tahun ini, atau lebih dari lima kali target BoE yang sebesar 2%.
Baca Juga: Pernyataan Lengkap Ketua The Fed Soal Kenaikan Bunga 75 Basis Poin Jadi 1,5%-1,75%
"Inggris terjebak dalam yang terburuk dari kedua dunia dan itulah yang membuat pembuatan kebijakan menjadi sangat sulit. Ini masih memiliki periode yang sulit di depan dengan inflasi yang meningkat lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat." kata Luke Bartholomew, Ekonom Senior di Abrdn seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/6).
BoE kemungkinan akan memberi sinyal lagi pada hari Kamis bahwa rangkaian kenaikan suku bunga akan terus berlanjut, meskipun bulan lalu bank sentral menyebut investor bertindak terlalu jauh dengan menetapkan suku bunga bank mencapai 2,5% pada pertengahan tahun depan.
Sejak itu, taruhan kenaikan suku bunga tersebut telah meningkat lagi dengan harga pasar Bank Rate hampir 3% segera setelah Desember.
Tak hanya BoE, Bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) juga ada kemungkinan bakal melanjutkan kenaikan suku bunga. Terakhir, Bank sentral Negeri Kanguru ini mengerek suku bunga 50 bps dari 0,35% menjadi 0,85% di awal bulan ini.
Mengutip laporan ASX.com, ekspetasi pasar terhadap kenaikan suku bunga yang bakal dilakukan RBA pun terus mengalami perubahan dalam beberapa hari terakhir. Indikator ini menghitung probabilitas persentase perubahan suku bunga RBA berdasarkan harga yang ditentukan pasar di ASX 30 Day Interbank Cash Rate Futures.
Baca Juga: Perangi Inflasi, Bunga The Fed Naik 75 Basis Poin Jadi 1,5%-1,75%
“Pada 16 Juni, kontrak ASX 30 Day Interbank Cash Rate Futures Juli 2022 diperdagangkan pada 98,695, menunjukkan ekspektasi 83% dari kenaikan suku bunga menjadi 1,50% pada pertemuan Dewan RBA berikutnya,” tulis pernyataan dalam laporan tersebut.
Sementara itu, European Central Bank (ECB) pun juga sedang menimbang-nimbang apakah bakal ikut menaikkan suku bunganya atau tidak. Setidaknya, ada beberapa pejabat yang mendorong percepatan laju suku bunga.
Misalnya, Anggota Dewan Pemerintahan Slovakia Peter Kazimir yang mengharapkan bank sentral kawasan Eropa itu bisa menaikkan suku bunga 50 basis poin pada September nanti, setelah sebelumnya telah menaikkan suku bunga 25 basis poin.
Baca Juga: Wall Street Naik, S&P 500 Menghentikan Penurunan 5 Sesi Setelah Pernyataan Powell
“Pada musim gugur, tepatnya pada Bulan September, kami akan melanjutkan dengan menaikkan suku bunga dan disini saya jelas melihat kebutuhan untuk mempercepat langkah dan memberikan peningkatan sebesar 0,50%,” ujarnya.
Kazimir yang juga merupakan Gubernur Bank Sentral Slovakia menambahkan, lebih baik bertindak secara preventif dibandingkan nantinya harus menggaruk-garuk kepala. Sebab, ECB sekarang melihat inflasi [ada level 6,8% tahun ini atau lebih dari tiga kali targetnya.