Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pejabat senior PBB pada hari Kamis (3/2) melaporkan bahwa saat ini PBB masih menyimpan sekitar US$ 135 juta di Afghanistan. Sayangnya, uang tersebut tidak bisa digunakan karena negara tidak bisa mengkonversinya menjadi mata uang lokal.
Kepala Program Pembangunan PBB (UNDP) di Afghanistan, Abdallah Al Dardari, mengatakan PBB telah menyimpan uangnya di Bank Internasional Afghanistan (AIB) untuk bantuan ekonomi. Pada awalnya AIB berjanji bahwa uang dolar tersebut bisa akan secara otomatis dikonversi ke afghani.
"Ini tidak terjadi. UNDP sendiri memiliki US$ 30 juta yang terjebak di AIB dan tidak dapat kami ubah ke afghani. Dan tanpa Afghani, kami tidak dapat mengimplementasikan semua program kami," kata al Dardari saat menghadiri ACAMS Global Sanctions Space Summit, seperti dikutip Reuters.
Setelah merebut kekuasaan pada 15 Agustus lalu, pemerintah Taliban melarang penggunaan mata uang asing. Padahal sebelumnya, mata uang dolar AS cukup umum digunakan.
Baca Juga: Biden: Qatar Harus Menjadi Sekutu Utama Non-NATO untuk AS
Miliaran dolar yang ada di bank sentral Afghanistan juga, termasuk bantuan pembangunan asing, telah dibekukan untuk mencegahnya jatuh ke tangan Taliban.
Dana bantuan bernilai besar yang tidak bisa dicairkan secara otomatis mendorong lebih dari setengah populasi Afghanistan menderita kelaparan ekstrem. Layanan sosial, ekonomi, dan pendidikan juga ada di ujung kehancuran.
Pada bulan November lalu, Al Dardari mengatakan kepada Reuters bahwa likuiditas juga menjadi masalah besar di Afghanistan. Saat itu, Afghanistan sebenarnya memiliki uang afghani yang nilainya setara dengan US$ 4 miliar, namun hanya US$ 500 juta yang bisa beredar.
Baca Juga: Semua Syarat Terpenuhi, Taliban Berharap Pemerintahannya Diakui Dunia Secara Resmi
Bank Dunia dan PBB kabarnya sedang mencari cara agar ada skema penukaran mata uang yang jelas di negara tersebut agar kondisi ekonomi bisa dipulihkan secara perlahan.
Metode tersebut menurut Al Dardari bisa memungkinkan uang tunai untuk operasi kemanusiaan dibayarkan ke dalam mekanisme di luar negeri. Kemudian, uang afghani akan didapatkan dari pedagang besar dan perusahaan seluler dalam negeri.
Al Dardari mengatakan PBB sepertinya akan menjadikan sebuah program di Myanmar sebagai contoh, di mana sistem pembayaran elektronik melewati bank sentral.