kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tinggal Jio dan Airtel, pasar telekomunikasi India menuju duopoli


Jumat, 05 Juni 2020 / 17:07 WIB
Tinggal Jio dan Airtel, pasar telekomunikasi India menuju duopoli
ILUSTRASI. Bharti Airtel Ltd kini jadi pesaing terkuat Reliance Jio Infocomm di pasar telekomunikasi India.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Perusahaan telekomunikasi di India kini tengah berpacu meningkatkan kinerjanya, setelah miliarder Mukesh Ambani melalui Reliance Jio Infocomm Ltd berhasil menguasai pangsa pasar komunikasi nirkabel di dunia. Mantan penguasa pasar yaitu Bharti Airtel Ltd bakal jadi pesaing terkuat.

Apalagi, Airtel kini tengah dilirik oleh Amazon Inc yang berminat untuk membeli sahamnya paling sedikit US$ 2 miliar. Sepanjang tahun ini pun, saham Airtel menjadi penopang indeks bursa India. Harga saham Airtel naik 26% sejak awal tahun, dan mencatat rekor tertingginya pada 19 Mei 2020 lalu. Dengan optimisme ini, Airtel juga diprediksi bakal lebih banyak menggaet pelanggan.

Optimisme tersebut bakal kembali mendongkrak posisi Airtel menguasai pasar komuniasi nirkabel berdasarkan pengguna setelah kalah dalam persaingan dari Jio. Kinerja keuangan Airtel tahun lalu tercatat buruk, menderita kerugian, mesti membayar biaya perkara US$ 3 miliar sehingga perseroan dipaksa menambah modal. Sementara pesaing lainnya yaitu Vodafone Idea Ltd kini tengah berjuang dari tumpukan utang.

Baca Juga: Jenderal India dan China akan bertemu besok, bisa rujuk atau malah tambah panas?

Jio dan Airtel telah memulai bersaing secara langsung sejak 2016, saat Ambani mendorong layanan 4G yang menghadirkan layanan bebas biaya panggilan, dan paket biaya data yang murah. Persaingan ini pula membuat operator di India gagal mengikuti ritme dua operator tersebut menjadi bangkrut atau mesti menggabungkan diri dengan operator lain, yang kini cuma menyisakan tiga operator swasta di India dibandingkan lebih dari selusin pada tahun-tahun sebelumnya.

“Pasar mengasumsikan Airtel akan membutuhkan waktu berbulan-bulan setelah kalah saing dengan Jio. Namun nyatanya Airtel dapat menghimpun dana dari pasar dan dapat mengakselerasi kinerja lebih cepat, ini gambaran jelas bagaiamana sifat duopoli dalam pasar telekomunikasi di India,” kata Direktur KRIS Arun Kejriwal seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (5/6).

Vodafone Idea, salah pesaing lain yang tersisa dalam pasar duopoli ini pun kini tengah menghadapi kewajiban pembayaran senilai US$ 4 miliar kepada pemerintah. Mereka tengah berupaya memangkas biaya operasi habis-habisan agar tetap dapat beroperasi dengan normal.

Sementara Jio dan Airtel lenggang kangkung berekspansi. Jio bakal fokus ke segmen platform digital untuk masuk ke pasar daring, pembayaran, dan hiburan daring. Sementara Airtel bakal fokus membentuk ekosistem pembayaran digital untuk masuk ke pasar video on demand, dan pasar daring.

Mengutip sumber Reuters, Amazon tertarik mengempit 5% saham Airtel. Aksi ini juga diproyeksikan bakal memberi akses Amazon kepada 300 juta pelanggan Airtel.

Baca Juga: Sejumlah hal yang bikin hubungan AS-China makin membara di Laut China Selatan

Di sisi lain, pendanaan bagi dua operator tersebut juga mengucur deras. Jio baru saja berhasil menghimpun dana US$ 10 miliar dari Facebooks Inc, General Atlantic, KKR & Co, Silver Lake PArtners, dan Vista Equity Partners. Jumat lalu, Mubdala investment Co juga disebut bakal menyuntik US$ 1,2 miliar.

Aksi penghimpunan dana ini, membuat valuasi Jio kini senilai US$ 60 miliar, sementara Airtel senilai US$ 40 miliar.

Selain potensi dari Amazon, Airtel pun kini tengah berupaya mencari pendanaan, terutama berupa uang tunai untuk membayar biaya perkara yang menimpanya. Bulan lalu, induk Airtel yaitu Bharti Telecom LTd meyatakan pihaknya tengah mencari dana US$ 1 miliar dengan melepas sejumlah sahamnya yang mencatat rekor nilai tertinggi pada Mei 2020.

Sementara pada Januari lalu, Airtel juga telah menghimpun US$ 3 miliar dari penjualan saham dan surat utang. Singapore Telecommunictions Inc, salah satu investor utama Airtel bulan lalu juga telah mengucurkan US$ 526 juta kepada via rights issue.

“Perang harga dan konsolidasi pasar telekomunikasi India dalam dua tahun terkahir teleh mengubah pasar, dimana Airtel yang paling banyak menerima keuntungan dan berhasil merebut pangsa pasar dari tiga pemain utama,” kata CEO Singtel Chua Sock Koong.

Baca Juga: Bisnis digital India menjanjikan, Amazon berencana beli saham Bharti US$ 2 miliar



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×