Sumber: Fortune,Fortune | Editor: Noverius Laoli
Langkah ini sekaligus mengubah struktur pelaporan LeCun, yang sebelumnya melapor ke Chief Product Officer Chris Cox, kini berada di bawah Wang.
Perubahan ini mencerminkan perbedaan arah strategi di internal Meta. CEO Mark Zuckerberg kini berfokus pada pengembangan cepat large language models (LLM) dan produk berbasis AI komersial, terutama setelah performa model Llama 4 dinilai kalah dari pesaing seperti OpenAI dan Google.
LeCun justru dikenal skeptis terhadap LLM. Ia berpendapat model seperti itu tidak akan mampu meniru kemampuan berpikir dan merencanakan seperti manusia.
Baca Juga: AHY Sebut 70% Penduduk Bakal Tinggal di Kota
LeCun kini tengah menjajaki pendanaan untuk startup yang berfokus pada pengembangan “world models,”sistem AI yang memahami dunia dengan belajar dari video dan data spasial, bukan hanya teks.
Ia meyakini sistem semacam ini akan memungkinkan AI meniru proses sebab-akibat dan memprediksi hasil tindakan, meski membutuhkan waktu sekitar satu dekade untuk matang sepenuhnya.
Perubahan arah Meta disebut memicu gesekan internal. Sejumlah mantan karyawan menyebut divisi riset FAIR “perlahan sekarat” karena perusahaan lebih menekankan proyek-proyek komersial dibanding riset jangka panjang.
Lebih dari separuh penulis makalah riset Llama bahkan meninggalkan Meta beberapa bulan setelah publikasi. Pada Oktober lalu, Meta juga memangkas sekitar 600 posisi di divisi AI-nya.
Baca Juga: AHY Sebut 70% Penduduk Indonesia Bakal Tinggal di Kota
Rencana kepergian LeCun bukan sekadar perubahan personal, tetapi juga mencerminkan pergeseran mendasar dalam dunia AI dari riset murni menuju kompetisi produk yang serba cepat.
Dalam konteks itu, langkah LeCun mendirikan perusahaan baru menjadi simbol perjuangan untuk mempertahankan idealisme riset di tengah tekanan industri yang semakin pragmatis.













