kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.396.000   29.000   1,23%
  • USD/IDR 16.747   16,00   0,10%
  • IDX 8.386   -2,92   -0,03%
  • KOMPAS100 1.162   -0,56   -0,05%
  • LQ45 845   -2,10   -0,25%
  • ISSI 293   1,38   0,47%
  • IDX30 443   -2,95   -0,66%
  • IDXHIDIV20 509   -4,37   -0,85%
  • IDX80 131   -0,03   -0,02%
  • IDXV30 138   -0,65   -0,47%
  • IDXQ30 140   -0,99   -0,70%

Tokoh Penting AI, Yann LeCun Bakal Tinggalkan Meta an Siap Dirikan Startup Baru


Kamis, 13 November 2025 / 10:47 WIB
Tokoh Penting AI, Yann LeCun Bakal Tinggalkan Meta an Siap Dirikan Startup Baru
ILUSTRASI. Logo Meta terlihat dalam ilustrasi yang diambil pada 16 Februari 2025. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Fortune,Fortune | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Yann LeCun, tokoh penting di dunia kecerdasan buatan (AI) dan pemenang Turing Award, dikabarkan akan meninggalkan Meta dalam beberapa bulan ke depan untuk membangun perusahaan rintisannya sendiri di bidang AI. 

Kabar ini dilaporkan Financial Times dari sumber internal yang mengetahui rencana tersebut. Langkah LeCun ini dianggap sebagai titik balik besar, baik bagi Meta maupun industri AI secara keseluruhan.

LeCun, 65 tahun, bergabung dengan Facebook (kini Meta) pada Desember 2013 sebagai direktur pendiri Fundamental AI Research (FAIR). Di saat bersamaan, ia tetap menjabat sebagai profesor di Universitas New York (NYU), tempatnya mengajar sejak 2003.

Baca Juga: 10 Tahun Setelah Periscope, Kayvon Beykpour Luncurkan Startup Baru Macroscope

Nama LeCun melejit lewat pengembangan convolutional neural network (CNN) pada akhir 1980-an, terutama arsitektur LeNet yang mampu mengenali tulisan tangan secara akurat dan mengubah arah riset computer vision. 

Atas kontribusi tersebut, ia menerima penghargaan bergengsi ACM Turing Award tahun 2019 bersama Geoffrey Hinton dan Yoshua Bengio.

LeCun lahir di Soisy-sous-Montmorency, Prancis, 8 Juli 1960. Sejak kecil ia tertarik pada elektronika, didorong oleh ayahnya yang berprofesi sebagai insinyur. Minat itu membawanya ke ESIEE Paris, tempat ia meraih gelar teknik elektro pada 1983. 

Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Université Pierre et Marie Curie dan lulus pada 1987 dengan disertasi tentang connectionist learning models — cikal bakal algoritma backpropagation untuk melatih jaringan saraf.

Setelah menjalani riset pascadoktoral di bawah bimbingan Geoffrey Hinton di Universitas Toronto, LeCun bergabung dengan AT&T Bell Labs pada 1988. Di sanalah ia mengembangkan CNN, teknologi yang memungkinkan komputer menafsirkan gambar seperti cara kerja penglihatan manusia. 

Sistem pembacaan tulisan tangan yang ia buat kemudian digunakan secara luas oleh NCR untuk membaca cek bank pada 1990-an bahkan sempat memproses hingga 20% dari seluruh cek di Amerika Serikat.

Baca Juga: Tim Cook Ungkap Arti Penting AI: Yang Menolak Akan Tertinggal

Selain itu, LeCun juga memimpin pengembangan teknologi kompresi gambar DjVu, yang digunakan oleh Internet Archive untuk menyebarkan dokumen digital secara efisien. Setelah sempat bekerja di NEC Research Institute, ia akhirnya menetap di NYU.

Keputusan LeCun untuk hengkang muncul di tengah perubahan besar strategi AI di tubuh Meta. Pada Juni lalu, perusahaan induk Facebook itu menginvestasikan US$ 14,3 miliar ke perusahaan pelabelan data Scale AI dan menunjuk CEO-nya yang berusia 28 tahun, Alexandr Wang, untuk memimpin divisi baru bernama Meta Superintelligence Labs. 

Langkah ini sekaligus mengubah struktur pelaporan LeCun, yang sebelumnya melapor ke Chief Product Officer Chris Cox, kini berada di bawah Wang.

Perubahan ini mencerminkan perbedaan arah strategi di internal Meta. CEO Mark Zuckerberg kini berfokus pada pengembangan cepat large language models (LLM) dan produk berbasis AI komersial, terutama setelah performa model Llama 4 dinilai kalah dari pesaing seperti OpenAI dan Google. 

LeCun justru dikenal skeptis terhadap LLM. Ia berpendapat model seperti itu tidak akan mampu meniru kemampuan berpikir dan merencanakan seperti manusia.

Baca Juga: AHY Sebut 70% Penduduk Bakal Tinggal di Kota

LeCun kini tengah menjajaki pendanaan untuk startup yang berfokus pada pengembangan “world models,”sistem AI yang memahami dunia dengan belajar dari video dan data spasial, bukan hanya teks. 

Ia meyakini sistem semacam ini akan memungkinkan AI meniru proses sebab-akibat dan memprediksi hasil tindakan, meski membutuhkan waktu sekitar satu dekade untuk matang sepenuhnya.

Perubahan arah Meta disebut memicu gesekan internal. Sejumlah mantan karyawan menyebut divisi riset FAIR “perlahan sekarat” karena perusahaan lebih menekankan proyek-proyek komersial dibanding riset jangka panjang. 

Lebih dari separuh penulis makalah riset Llama bahkan meninggalkan Meta beberapa bulan setelah publikasi. Pada Oktober lalu, Meta juga memangkas sekitar 600 posisi di divisi AI-nya.

Baca Juga: AHY Sebut 70% Penduduk Indonesia Bakal Tinggal di Kota

Rencana kepergian LeCun bukan sekadar perubahan personal, tetapi juga mencerminkan pergeseran mendasar dalam dunia AI dari riset murni menuju kompetisi produk yang serba cepat. 

Dalam konteks itu, langkah LeCun mendirikan perusahaan baru menjadi simbol perjuangan untuk mempertahankan idealisme riset di tengah tekanan industri yang semakin pragmatis.

Selanjutnya: Meski B2B, Danantara Sebaiknya Menimbang-nimbang Sebelum Terlibat di Merger GOTO-Grab

Menarik Dibaca: 7 Drama Korea Terbaru Tentang Lika-Liku Rumah Tangga, Ada As You Stood By


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×