Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah Bitcoin (BTC) mencapai rekor tertinggi di atas US$100.000, salah satu pandangan dominan di pasar adalah potensi aset ini untuk terus meraih kenaikan lebih lanjut.
Namun, beberapa analis memperkirakan kemungkinan terjadinya penurunan terlebih dahulu sebelum Bitcoin mencoba mencapai rekor tertinggi baru.
Peter Brandt Memperkirakan "Dump" Terakhir Sebelum Lonjakan Besar
Peter Brandt, seorang ahli trading legendaris, mengungkapkan kemungkinan bahwa Bitcoin dapat mengalami "dump" terakhir atau periode konsolidasi yang panjang sebelum melanjutkan kenaikan signifikan berikutnya.
Baca Juga: Jika Anda Taruh US$1.000 dalam Portofolio Kripto Trump Awal 2024, Ini Keuntungannya
Dalam sebuah unggahan di X pada 12 Januari, Brandt mendukung analisisnya dengan data yang menunjukkan sejarah harga Bitcoin baru-baru ini, yang mengidentifikasi fase-fase yang dia beri label sebagai “pump,” “hump,” dan “dump.”
- Pump: Periode momentum naik yang cepat, seperti lonjakan Bitcoin dari US$70.000 menjadi lebih dari US$100.000 pada akhir 2024, didorong oleh sentimen bullish pasca-pemilu.
- Hump: Fase di mana rally melambat dan menemui resistance, seperti yang terlihat pada plateau Bitcoin di bulan Desember yang telah berujung pada konsolidasi saat ini di sekitar angka US$95.000.
- Dump: Koreksi penurunan yang mungkin terjadi karena aksi ambil untung atau berkurangnya momentum. Brandt mengindikasikan kemungkinan penurunan lebih lanjut ke level US$73.018 jika dukungan utama gagal.
Brandt mencatat bahwa pasar sering kali tidak melambat sampai trader ritel mulai merasa lelah, yang merupakan tanda umum sebelum pergerakan harga besar di pasar kripto.
Dalam pandangannya, pertanyaan utama adalah apakah Bitcoin akan mengalami "dump" sekali lagi (atau lebih banyak periode konsolidasi yang membosankan) sebelum mengalami lonjakan harga berikutnya.
Baca Juga: Donald Trump Miliki Portofolio Kripto Senilai Lebih dari US$11 Juta, Bukan Bitcoin!
Prediksi Ali Martinez: Bitcoin Bisa Mencapai US$140.000 atau Menurun ke US$67.000
Analisis serupa juga dibagikan oleh analis kripto terkenal, Ali Martinez. Dalam unggahannya di X pada 11 Januari, Martinez memproyeksikan bahwa Bitcoin bisa meroket hingga US$140.000 atau mengalami penurunan kembali ke US$67.000. Proyeksi ini berdasarkan dua pola utama yang teramati pada chart BTC 12 jam, yaitu bull pennant dan head-and-shoulders.
- Bull Pennant: Ditandai dengan rally harga awal yang diikuti oleh konsolidasi dengan garis tren yang saling mendekat, ini menandakan kelanjutan bullish.
- Head-and-Shoulders: Pola ini menunjukkan kemungkinan pembalikan bearish, dengan puncak tengah (kepala) diapit oleh dua titik tertinggi yang lebih rendah (bahu).
Saat Bitcoin terus mengkonsolidasikan diri di sekitar US$95.000, bisa dikatakan bahwa cryptocurrency ini berada di persimpangan penting dalam menentukan arah pergerakan harga selanjutnya.
Apa yang Akan Terjadi pada Harga Bitcoin Selanjutnya?
Melihat ke depan, berbagai pandangan terhadap harga Bitcoin tetap beragam. Beberapa analis memperkirakan aset ini bisa menggandakan nilainya pada tahun 2025, yang didorong oleh optimisme seputar pemilihan Donald Trump sebagai presiden yang berencana menjadikan Amerika Serikat sebagai pusat investasi kripto.
Misalnya, bank besar Standard Chartered memprediksi Bitcoin akan mencapai US$200.000, terutama didorong oleh masuknya investor institusional.
Baca Juga: Awas! Harga Bitcoin dan Pasar Kripto Diprediksi Anjlok Tajam Akhir Maret
Selain itu, menurut laporan dari Finbold, analis Gert van Lagen memprediksi bahwa Bitcoin bisa mencapai target ambisius sebesar US$300.000 pada 30 Maret 2025, berdasarkan Teori Elliott Wave yang mengidentifikasi siklus pasar yang berulang.
Namun, sementara Bitcoin masih bergerak di bawah level US$100.000, beberapa analis seperti Alan Santana mengungkapkan kekhawatiran bahwa jika perdagangan tetap berada di bawah level ini, harga bisa terjun drastis hingga mencapai US$40.000.
Dukungan dari Donald Trump dan Perusahaan Besar: Potensi Katalisator Lonjakan Harga Bitcoin
Secara keseluruhan, jika Donald Trump mendukung ruang kripto seperti yang telah dia soroti selama kampanyenya, Bitcoin kemungkinan akan mengalami lonjakan lebih lanjut. Hal ini terutama disebabkan oleh kemungkinan adanya kerangka regulasi yang jelas yang dapat menarik investor institusional.
Selain itu, dorongan untuk perusahaan besar mengonversi cadangan kas mereka ke dalam Bitcoin sebagai pelindung terhadap inflasi terus berlanjut. Misalnya, meskipun para pemegang saham Microsoft menolak ide ini, perhatian kini beralih ke raksasa media sosial Meta.
Salah satu pemegang saham telah mengusulkan agar perusahaan induk Facebook tersebut mengonversi sebagian dari cadangan kas US$72 miliar mereka ke dalam Bitcoin. Jika disetujui, langkah ini dapat menjadikan Meta salah satu perusahaan besar pertama yang memegang Bitcoin, yang berpotensi memicu pertumbuhan harga.
Baca Juga: Pakar Trading Prediksi Bitcoin bisa Anjlok hingga US$40.000
Analisis Harga Bitcoin Saat Ini
Pada saat laporan ini ditulis, Bitcoin masih menunjukkan konsolidasi di sekitar angka US$94.000, dengan valuasi US$94.900. Dalam 24 jam terakhir, aset ini mencatatkan kenaikan modest sekitar 0,5%, sementara dalam timeframe mingguan, BTC turun sekitar 1,5%.
Secara keseluruhan, Bitcoin berada pada titik kritis, dengan para bulls dan bears bersaing untuk menentukan arah harga selanjutnya di tengah konsolidasi yang sedang berlangsung.