kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Trump Akan Menaikkan Tarif Produk Farmasi dan Semikonduktor Akhir Bulan Ini


Rabu, 16 Juli 2025 / 15:21 WIB
Trump Akan Menaikkan Tarif Produk Farmasi dan Semikonduktor Akhir Bulan Ini
ILUSTRASI. U.S. President Donald Trump gestures as he speaks to the media before boarding Air Force One en route to Washington, D.C, at Morristown Municipal Airport in Morristown, New Jersey, U.S., April 27, 2025. REUTERS/Nathan Howard 


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengenakan tarif impor pada produk farmasi dan semikonduktor mulai akhir bulan Juli ini. Kebijakan ini menjadi bagian dari paket tarif resiprokal yang lebih luas dan mulai berlaku pada 1 Agustus.

"Kemungkinan akhir bulan ini, kami akan mulai dengan tarif rendah, lalu memberi perusahaan farmasi waktu sekitar satu tahun untuk membangun kembali produksinya di AS. Setelah itu, tarifnya akan kami naikkan ke tingkat yang sangat tinggi,” ujar Trump kepada wartawan, Selasa (15/7), sekembalinya dari KTT kecerdasan buatan di Pittsburgh. Trump menyebut rencana tarif untuk semikonduktor akan memiliki jadwal mirip dengan mekanisme lebih sederhana meskipun ia belum memberikan rincian lebih lanjut.

Sebelumnya dalam rapat Kabinet, Trump menyatakan rencananya untuk menerapkan tarif 50% terhadap impor tembaga dalam beberapa minggu ke depan. Ia juga menyebut tarif farmasi dapat mencapai 200% setelah masa tenggang selama satu tahun, yang dimaksudkan agar perusahaan dapat memulihkan produksi domestik.

Baca Juga: Trump: Kesepakatan Dagang AS–Vietnam Hampir Final, Tarif Turun Menjadi 20%

Keputusan Trump ini mengacu pada investigasi berdasarkan Pasal 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan 1962. Ia beralasan banjir impor obat-obatan asing dapat mengancam keamanan nasional.

Namun, tarif semacam itu dapat berdampak langsung pada perusahaan farmasi besar seperti Eli Lilly & Co., Merck & Co., dan Pfizer Inc., yang banyak memproduksi obat di luar negeri. Kebijakan ini juga berisiko menaikkan harga obat bagi konsumen AS.

Begitu juga dengan tarif pada semikonduktor yang dapat memengaruhi produk-produk konsumen seperti laptop dan ponsel pintar milik Apple Inc. dan Samsung Electronics Co.

Meski bersikap keras dalam kebijakan tarif, Trump mengatakan masih terbuka untuk negosiasi. Ia menyebut AS sedang dalam pembicaraan aktif dengan lima hingga enam negara, dan mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang baru bisa tercapai dengan dua atau tiga negara sebelum 1 Agustus. India disebut sebagai salah satu kandidat utama.

Pada hari sama, Trump juga mengumumkan kesepakatan dengan Indonesia untuk menurunkan tarif impor yang semula diumumkan sebesar 32% menjadi 19%. Sebagai bagian dari perjanjian, Indonesia akan membeli energi AS senilai US$ 15 miliar, produk pertanian senilai US$ 4,5 miliar, serta 50 pesawat jet Boeing.

Baca Juga: Setelah Ancaman Trump, China Janjikan Dukungan Lebih Besar untuk Rusia

Trump juga menyebut kemungkinan menerapkan tarif standar sedikit di atas 10% bagi negara-negara kecil yang tidak menerima perlakuan khusus. Sementara itu, perwakilan dari Uni Eropa yang menghadapi ancaman tarif sebesar 30% dijadwalkan bertemu dengan negosiator AS minggu ini.

Mengenai Rusia, Trump menepis kekhawatiran ancamannya untuk memberlakukan tarif sekunder jika Moskow tidak menyetujui gencatan senjata dengan Ukraina dapat memicu lonjakan biaya energi. "Saya rasa tidak. Saya rasa semua ini akan hilang begitu saja," ujar Trump dikutip Bloomberg. 

Trump juga menyebut beberapa negara, seperti Korea Selatan, mulai menunjukkan kesiapan untuk membuka akses perdagangan setelah ancaman tarif diberlakukan. Namun, ia mengeluhkan Jepang belum menunjukkan respons yang diharapkan.

Selanjutnya: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,12% ke Rp 16.267 per Dolar AS pada Rabu (16/7)

Menarik Dibaca: Teknologi MediaTek Kini Hadir di Ponsel, Rumah, dan Mobil




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×