Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - CAIRO/WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan optimistis dapat memfinalisasi proposal rencana perdamaian Gaza dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (29/9/2025).
Pernyataan itu disampaikan saat tank-tank Israel makin jauh masuk ke Gaza City, sementara sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengaku kehilangan kontak dengan dua sandera yang ditahan di wilayah tersebut.
Nasib dua sandera itu menjadi isu domestik sensitif di Israel dan berpotensi membayangi agenda pertemuan Trump-Netanyahu.
Baca Juga: Gedung Putih Dukung Tony Blair Pimpin Administrasi Sementara Gaza
Al-Qassam pada Minggu (28/9) menyerukan agar Israel menarik pasukan serta menghentikan serangan udara di Gaza City selama 24 jam untuk memungkinkan pejuang Hamas mencapai posisi para sandera.
Dalam wawancara telepon dengan Reuters, Trump menyebut telah mendapat “respon sangat baik” dari Israel maupun pemimpin Arab terkait proposal perdamaian Gaza. “Semua pihak ingin mencapai kesepakatan,” ujarnya.
Namun, Hamas mengatakan belum menerima proposal apa pun, baik dari Trump maupun mediator.
Israel melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza City dengan menghancurkan distrik-distrik, memaksa ratusan ribu warga mengungsi ke kamp darurat. Netanyahu menyebut operasi itu bertujuan “menghancurkan Hamas”.
Meski begitu, dalam beberapa hari terakhir wacana resolusi diplomatik untuk mengakhiri perang Gaza yang hampir dua tahun kian menguat.
Proposal perdamaian Timur Tengah versi Trump berisi 21 poin, antara lain tuntutan pengembalian seluruh sandera Israel, penghentian serangan ke Qatar, serta pembukaan dialog baru Israel-Palestina untuk mencapai “koeksistensi damai”.
Baca Juga: Turki Desak UEFA dan FIFA Suspensi Israel dari Sepak Bola Akibat Perang Gaza
Hamas vs Israel: Syarat dan Peringatan
Netanyahu menegaskan Hamas harus menyerahkan senjata atau dikalahkan. Dalam wawancara dengan Fox News, ia bahkan menyebut kemungkinan amnesti bagi pemimpin Hamas bila menerima kesepakatan gencatan senjata yang melibatkan pengusiran mereka dari Gaza. Hamas menolak keras syarat tersebut.
Brigade Al-Qassam meminta militer Israel mundur dari distrik Sabra dan Tel Al-Hawa, serta menghentikan penerbangan pengintai selama 24 jam mulai pukul 15.00 GMT agar mereka bisa menemukan dua sandera.
Militer Israel menolak, bahkan mengeluarkan peringatan evakuasi sebelum melancarkan serangan tambahan di area tersebut.
Baca Juga: Bertemu Netanyahu, Menteri Luar Negeri UEA Desak Israel Akhiri Perang Gaza
Krisis Kemanusiaan Kian Memburuk
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 77 korban tewas akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir. Layanan darurat menyebut 73 permintaan evakuasi medis telah ditolak Israel meski disampaikan lewat organisasi internasional.
Sejak perang meletus pada Oktober 2023, sekitar 1.200 orang tewas di Israel akibat serangan Hamas dan 251 orang disandera.
Hingga kini, 48 sandera masih berada di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya dipastikan hidup.
Sementara itu, otoritas Gaza mencatat lebih dari 66.000 orang tewas akibat serangan Israel. Sebagian besar rumah hancur, dan 2,3 juta penduduk hidup dalam krisis kemanusiaan akut.
Menurut World Food Programme, sekitar 350.000–400.000 warga mengungsi dari Gaza City sejak bulan lalu, meski ratusan ribu lainnya masih bertahan di tengah kepungan militer Israel.