Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sedikitnya 15 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di Gaza pada Jumat dini hari, menurut pejabat kesehatan lokal, di tengah harapan tercapainya gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden AS Donald Trump.
Serangan ini terjadi hanya beberapa jam sebelum tenggat waktu bagi Hamas untuk merespons proposal gencatan senjata terbaru dari Washington.
Serangan di Kamp Pengungsian Khan Younis
Menurut pejabat rumah sakit Nasser di Khan Younis, wilayah selatan Gaza, serangan udara menghantam kamp tenda pengungsi sekitar pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Korban tewas merupakan warga sipil yang telah mengungsi akibat konflik selama hampir dua tahun.
Militer Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait serangan ini. Sementara itu, prosesi pemakaman bagi korban berlangsung di Gaza pada Jumat siang, dengan suasana duka yang mendalam.
“Gencatan senjata akan datang, tapi saya kehilangan kakak saya? Seharusnya gencatan senjata sudah terjadi sejak lama sebelum kakakku meninggal,” ujar Mayar Al Farr, 13 tahun, yang kehilangan saudara laki-lakinya, Mahmoud.
Baca Juga: PBB Ungkap Perusahaan Raksasa Dunia Terlibat 'Genosida' Israel di Gaza, Siapa Saja?
Adlar Mouamar, warga Gaza lainnya, mengatakan keponakannya, Ashraf, juga menjadi korban tewas.
“Hati kami hancur. Kami tidak minta makanan... kami ingin pertumpahan darah ini dihentikan. Kami ingin perang ini segera berakhir,” terangnya.
Trump Tunggu Respons Hamas Dalam 24 Jam
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui syarat-syarat awal untuk gencatan senjata selama 60 hari. Periode tersebut dirancang untuk membuka ruang perundingan damai yang lebih luas dan mengakhiri konflik bersenjata antara Israel dan Hamas.
Trump menyatakan bahwa pihaknya menunggu tanggapan Hamas dalam waktu 24 jam, meskipun hingga kini kelompok militan tersebut belum memberikan pernyataan resmi apakah mereka menerima atau menolak usulan tersebut.
Hamas selama ini menegaskan bahwa mereka hanya akan menyetujui perjanjian yang menjamin diakhirinya perang secara permanen.
Netanyahu Masih Bungkam, Publik Mendesak Kesepakatan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum memberikan komentar terkait inisiatif terbaru Trump. Meskipun beberapa anggota koalisi sayap kanan menentang kesepakatan dengan Hamas, sebagian lainnya menyatakan dukungan.
Netanyahu berulang kali menegaskan bahwa Hamas harus dilucuti senjatanya—sebuah tuntutan yang sejauh ini ditolak keras oleh Hamas.
Di Tel Aviv, ratusan warga Israel—termasuk keluarga sandera yang masih ditahan Hamas—menggelar aksi di depan gedung Kedutaan Besar AS pada Hari Kemerdekaan Amerika Serikat. Mereka mendesak Trump dan Netanyahu untuk segera menyepakati kesepakatan penyelamatan sandera.
Mereka menyiapkan meja makan Shabbat simbolik dengan 50 kursi kosong sebagai bentuk solidaritas bagi para sandera yang belum kembali. Spanduk besar menampilkan unggahan Trump di platform Truth Social berbunyi: “MAKE THE DEAL IN GAZA. GET THE HOSTAGES BACK!!!”
“Hanya Anda yang bisa membuat kesepakatan itu. Kami ingin satu kesepakatan indah. Satu kesepakatan penyelamatan sandera yang indah,” ujar Gideon Rosenberg, 48 tahun, dari Tel Aviv.
Baca Juga: Uni Eropa Menuntut Gencatan Senjata di Gaza, Tapi Tidak Mau Menindak Israel
Rosenberg mengenakan kaus bergambar Avinatan Or, karyawan sekaligus teman yang diculik Hamas dari festival musik Nova pada 7 Oktober 2023. Ia termasuk dari 20 sandera yang diyakini masih hidup setelah lebih dari 600 hari ditahan.
Ruby Chen, ayah dari Itay Chen (19), seorang warga negara AS-Israel dan tentara IDF yang diyakini telah tewas dalam penyanderaan, juga turut hadir.
“Biarlah Hari Kemerdekaan Amerika ini menjadi awal dari perdamaian yang abadi… Perdamaian yang menghargai nyawa manusia dan memulangkan jenazah para sandera untuk dimakamkan secara layak,” ujarnya.
Korban Perang Terus Bertambah
Konflik ini dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 251 orang lainnya. Serangan balasan Israel sejak saat itu telah meluluhlantakkan Gaza.
Menurut pejabat kesehatan lokal, lebih dari 57.000 warga Palestina telah tewas dalam hampir dua tahun pertempuran, sebagian besar adalah warga sipil. Mayoritas penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari dua juta orang kini hidup dalam pengungsian dan kekurangan pangan akut.