Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pemimpin dan pejabat dari negara mayoritas Muslim pada Selasa (23/9/2025) untuk membahas situasi di Gaza, yang hingga kini masih berada di bawah gempuran Israel, sekutu dekat Washington.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan, Trump akan menggelar pertemuan multilateral bersama perwakilan dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, Yordania, Turki, Indonesia, dan Pakistan.
Baca Juga: Singapura Tegaskan Dukungan Solusi Dua Negara, Belum Akui Palestina
Seorang sumber yang mengetahui agenda itu menyebutkan bahwa isu Gaza akan menjadi pembahasan utama.
Menurut laporan Axios, Trump berencana mempresentasikan usulan perdamaian serta tata kelola pascaperang di Gaza.
Selain membahas pembebasan sandera dan penghentian perang, Trump juga diperkirakan menyinggung rencana AS terkait penarikan pasukan Israel dan tata kelola Gaza pascaperang tanpa keterlibatan Hamas.
Washington menginginkan negara-negara Arab dan Muslim menyepakati pengiriman pasukan militer ke Gaza untuk memungkinkan Israel mundur, sekaligus menanggung biaya transisi dan program pemulihan.
Baca Juga: Presiden Prabowo di KTT PBB: Indonesia Siap Kirim Pasukan Perdamaian ke Palestina
Trump juga dijadwalkan menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB pada Selasa, sehari setelah puluhan pemimpin dunia di markas besar PBB menyuarakan dukungan terhadap pengakuan negara Palestina.
Sejumlah negara menegaskan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian.
Namun, Israel menolak dengan alasan pengakuan Palestina justru dianggap sebagai "hadiah bagi ekstremisme".
Sejak Oktober 2023, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat seluruh penduduk Gaza mengungsi di dalam wilayahnya sendiri, serta memicu krisis kelaparan.
Sejumlah pakar HAM, akademisi, dan penyelidikan PBB menyimpulkan tindakan Israel itu setara dengan genosida.
Baca Juga: Pengakuan Palestina Kian Luas, Israel Ancam Balas dengan Aneksasi
Israel berdalih operasi militernya adalah bentuk membela diri setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan lebih dari 250 lainnya disandera.
Dalam perang tersebut, Israel juga telah melancarkan serangan ke Iran, Lebanon, Yaman, Suriah, hingga Qatar.
Trump sebelumnya berjanji akan segera mengakhiri perang Gaza, namun delapan bulan sejak ia menjabat, solusi tetap belum tercapai.
Masa jabatannya sempat diawali dengan gencatan senjata dua bulan antara Israel dan Hamas, tetapi berakhir pada 18 Maret setelah serangan udara Israel menewaskan 400 warga Palestina.
Belakangan, gambar penderitaan warga Gaza yang kelaparan, termasuk anak-anak, semakin memicu kecaman global terhadap Israel.
Baca Juga: Italia Rusuh: Gelombang Aksi Bela Palestina vs Sikap Keras Meloni
Pada Februari lalu, Trump sempat mengusulkan rencana pengambilalihan Gaza oleh AS disertai pemindahan permanen warga Palestina dari wilayah itu.
Proposal tersebut dikecam PBB dan pakar HAM sebagai bentuk “pembersihan etnis”, karena pengusiran paksa melanggar hukum internasional. Trump membela idenya sebagai “rencana pembangunan kembali”.