Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - RIYADH. Presiden Amerika Serikat Donald Trump memulai kunjungan diplomatiknya ke kawasan Teluk dengan langkah mengejutkan dan monumental: mencabut sanksi jangka panjang terhadap Suriah serta menandatangani kesepakatan investasi senilai US$ 600 miliar (Rp 9,933 triliun) dengan Arab Saudi.
Peristiwa ini menandai perubahan arah kebijakan luar negeri AS yang berpotensi mengubah lanskap geopolitik Timur Tengah.
Pencabutan Sanksi AS terhadap Suriah: Awal Baru Setelah Perang Saudara
Dalam pidatonya di forum investasi di Riyadh, Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mencabut seluruh sanksi terhadap Suriah. Keputusan ini menyusul jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember tahun lalu oleh pasukan pemberontak yang kini dipimpin oleh Presiden Ahmed al-Sharaa.
Pencabutan sanksi ini menjadi langkah penting dalam mendorong rekonstruksi ekonomi Suriah. Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shibani menyebut pencabutan ini sebagai "permulaan baru" dalam proses rekonstruksi nasional.
Baca Juga: Soal Tawaran Jet Mewah Jumbo dari Qatar, Trump: Bodoh Jika Menolak Pesawat Gratis!
Trump dijadwalkan melakukan pertemuan singkat dengan Sharaa di Arab Saudi, menandai dimulainya kembali hubungan bilateral antara kedua negara.
Kesepakatan Pertahanan Terbesar Sepanjang Sejarah AS
Trump juga mengumumkan kesepakatan pertahanan senilai US$ 142 miliar dengan Arab Saudi, yang disebut Gedung Putih sebagai "kerja sama pertahanan terbesar yang pernah dicapai Washington." Kesepakatan ini mencakup berbagai sektor, antara lain:
-
Sistem pertahanan udara dan rudal
-
Teknologi ruang angkasa dan komunikasi militer
-
Keamanan maritim dan angkatan udara
Menurut informasi yang dirilis Gedung Putih, kesepakatan ini dapat berkembang menjadi total USD 1 triliun dalam beberapa bulan ke depan, yang menunjukkan betapa strategisnya hubungan kedua negara di bidang pertahanan.
Investasi Saudi US$ 600 Miliar ke Ekonomi AS
Arab Saudi juga menyatakan komitmennya untuk menginvestasikan US$ 600 miliar di berbagai sektor ekonomi AS. Investasi ini mencakup sektor energi, pertambangan, teknologi, infrastruktur, manufaktur, dan pengolahan sumber daya alam.
Kehadiran sejumlah tokoh bisnis terkemuka seperti Elon Musk (CEO Tesla), Sam Altman (CEO OpenAI), Larry Fink (CEO BlackRock), dan Stephen Schwarzman (CEO Blackstone) memperkuat peran sektor swasta dalam penguatan hubungan bilateral ini.
Baca Juga: Trump Memulai Kunjungan Bersejarah ke Negara-Negara Teluk, Ini Misi Utamanya
Giga-Proyek Saudi dan Reformasi Visi 2030
Putra Mahkota Mohammed bin Salman memanfaatkan kesempatan ini untuk mempromosikan proyek-proyek besar Saudi, termasuk NEOM, kota futuristik yang diharapkan menjadi pusat inovasi global. Visi 2030 Saudi bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi negara, mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak, dan mendorong investasi asing.
Saudi juga telah melakukan penyesuaian terhadap proyek-proyek besar ini sebagai respon terhadap kenaikan biaya dan penurunan harga minyak global.
Hubungan AS-Israel dan Tekanan terhadap Iran
Meskipun tidak mengunjungi Israel, Trump menyatakan harapannya agar Arab Saudi segera menormalisasi hubungan dengan Israel, mengikuti jejak negara-negara Arab lainnya yang melakukannya pada masa jabatan pertamanya.
Trump juga mengeluarkan peringatan keras terhadap Iran, menyebutnya sebagai "kekuatan paling destruktif di Timur Tengah" dan menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir.
Trump mengungkapkan niatnya untuk melakukan kesepakatan dengan Iran, namun menegaskan bahwa jika kepemimpinan Iran menolak tawaran tersebut, AS tidak akan ragu untuk memberlakukan tekanan maksimal.