kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Trump: Jatuhkan sanksi terhadap Turki lebih baik ketimbang ikut berperang di Suriah


Rabu, 16 Oktober 2019 / 22:49 WIB
Trump: Jatuhkan sanksi terhadap Turki lebih baik ketimbang ikut berperang di Suriah
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump berbicara tentang penyelidikan pemakzulan selama pertemuannya dengan Presiden Finlandia Sauli Niinisto di Gedung Putih di Washington, AS, 2 Oktober 2019.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, menjatuhkan sanksi terhadap Turki akan lebih baik ketimbang ikut berperang di Suriah.

Kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu (16/10), Trump menyatakan, terserah Turki dan Suriah untuk menyelesaikannya. Tapi, "baik" bagi Rusia untuk membantu Suriah. Dan, "Bangsa Kurdi bukan malaikat," kata Trump seperti dikutip Reuters.

Meski begitu, Wakil Presiden AS dan sejumlah diplomat top berencana melakukan perjalanan ke Ankara untuk bertemu Presiden Turki Tayyip Erdogan. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bilang, tujuannya untuk mencari gencatan senjata.

Baca Juga: Situasi bakal makin mendidih, pasukan Rusia sudah masuk ke Suriah

Sementara Erdogan kepada wartawan di Parlemen Turki menyebutkan, ia mengevaluasi kembali rencana kunjungannya ke Washington pada November nanti atas undangan Trump, tetapi mungkin mengunjungi Rusia.

Yang jelas, pasukan Rusia sudah menyeberangi Sungai Efrat di Suriah Utara dan mencapai pinggiran Kota Kobani, lalu siap ke arah Timur dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi.

Pergerakan pasukan Rusia terjadi beberapa hari terakhir, setelah SDF membuat kesepakatan dengan Pemerintah Suriah untuk mengerahkan tentara di perbatasan Turki, menyusul invasi Turki ke Timur Laut Suriah pekan lalu.

"Pasukan Rusia mencapai daerah di luar Kobani, sekitar empat-lima kilometer di luar kota, setelah melintasi Efrat," kata Rami Abdulrahman, Direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pemantau perang berbasis di Inggris, Rabu (16/10), seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Erdogan: Tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan serangan Turki ke Suriah

Perjanjian militer SDF dengan Damaskus dan sekutunya Moskow menandai perubahan mendadak dalam kebijakan, menyusul pengumuman Amerika Serikat (AS) yang menarik pasukannya Timur Laut Suriah. Di daerah ini, AS bersekutu dengan SDF pimpinan Kurdi untuk menggulingkan Negara Islam.

Sebelumnya, Erdogan menegaskan, serangan Turki ke Timur Laut Suriah akan berakhir jika pejuang Kurdi di wilayah itu menjatuhkan senjata mereka. Ini merupakan solusi tercepat untuk mengakhiri serangan.

Dan, Erdogan memperingatkan, tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan serangan Turki ke Suriah sampai pejuang Kurdi betul-betul menyerah. "Operasi akan berakhir ketika zona aman terbentuk," tegasnya, Rabu (16/10), seperti dikutip Reuters.




TERBARU

[X]
×