Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Donald Trump membuat transisi kepresidenan menjadi keributan pada Senin (9/11), dengan Jaksa Agung William Barr memberi wewenang kepada Departemen Kehakiman untuk menyelidiki tuduhan kecurangan pemilih.
Kemudian, Presiden Donald Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper dan memblokir pejabat pemerintah untuk bekerjasama dengan tim Presiden terpilih Joe Biden.
Melansir Channel News Asia, meskipun hanya punya sedikit bukti kecurangan, Barr menandatangani penyelidikan atas klaim tidak berdasar yang dibuat berulang kali oleh Trump.
Bahkan, ketika Biden mulai mengumpulkan para ahli untuk menghadapi kasus virus corona yang melonjak, badan federal yang perlu memberi lampu hijau permulaan transisi kekuasaan menahan diri untuk mengambil langkah itu.
Baca Juga: Pasca pecat Menhan AS, Trump diduga akan pecat penasihat kesehatan Gedung Putih
Esper kemungkinan menjadi yang pertama
Dan, Gedung Putih bergerak untuk menindak mereka yang dianggap tidak cukup setia karena Trump terus menolak untuk mengakui kemenangan Biden.
Partai Republik sebagian besar menolak untuk memberikan tekanan luas pada Trump untuk menerima kekalahannya dalam pemilihan.
Trump tetap tidak terlihat di Gedung Putih, percakapan terus berlanjut tentang bagaimana presiden yang kalah akan menghabiskan beberapa hari dan minggu mendatang saat dia menantang putusan rakyat.
Penggulingan Menteri Pertahanan Mark Esper kemungkinan menjadi yang pertama dari beberapa pemecatan oleh Trump, yang marah pada orang-orang di pemerintahannya yang dianggap kurang setia.
Yang lainnya diyakini rentan posisinya: Direktur FBI Christopher Wray, Kepala CIA Gina Haspel dan pakar penyakit menular Dr Anthony Fauci.
Baca Juga: Jika Trump menolak meninggalkan Gedung Putih, Agen Rahasia AS turun tangan
Tidak terlihat tetapi bukannya tidak pernah terdengar, Trump kembali ke Twitter untuk menolak hasil pemilu, membuat tuduhan tak berdasar tentang aktivitas "tak terpikirkan dan ilegal" yang tersebar luas dalam pemungutan suara.
Trump diperkirakan tidak bakal secara resmi menyerah, tetapi kemungkinan akan dengan enggan mengosongkan Gedung Putih pada akhir masa jabatannya, menurut beberapa orang di sekitarnya kepada AP seperti dikutip Channel News Asia.
Trump sedang berdiskusi dengan sekutu-sekutunya atas kemungkinan lebih banyak aksi unjuk rasa bergaya kampanye, saat dia mencoba membuat pendukungnya tetap bersemangat meski kalah.