Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya masih ingin menghukum China dan Rusia dengan menerapkan tarif besar-besaran. Menurut sumber Bloomberg, langkah ini akan menekan Presiden Rusia Vladimir Putin agar mau bernegosiasi dengan Ukraina.
Namun, usulan ini hanya akan dijalankan jika Uni Eropa (UE) bersedia mengambil langkah serupa. Menurut sumber, Trump menyampaikan usulan ini dalam sebuah panggilan telepon saat pertemuan antara pejabat tinggi AS dan UE di Washington.
Trump menyatakan kesiapan AS untuk mencerminkan tarif yang diberlakukan oleh Eropa terhadap kedua negara, sebagai bagian dari strategi bersama untuk menekan Rusia.
Baca Juga: Usai Pabrik Hyundai Digerebek, Trump Minta Perusahaan Asing Melatih Pekerja AS
Namun, tantangan besar menghadang usulan ini. Beberapa negara UE, seperti Hungaria, selama ini menolak sanksi energi yang lebih keras terhadap Rusia. Setiap kebijakan tarif atau sanksi baru di UE membutuhkan persetujuan semua negara anggota.
Sejumlah langkah tambahan juga dibahas dalam pertemuan AS-UE tersebut, termasuk sanksi terhadap shadow fleet Rusia di mana kapal tanker minyak yang menghindari deteksi serta pembatasan terhadap sektor perbankan dan perusahaan minyak besar Rusia. Usulan Trump ini muncul setelah tenggat waktu yang ia tetapkan Putin guna melakukan pertemuan langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berlalu tanpa hasil.
Alih-alih menuju meja perundingan, Rusia justru meningkatkan serangan ke Ukraina.
Paket stimulus India
Meski telah menetapkan sejumlah tenggat untuk menekan Putin, Trump belum mengambil tindakan langsung terhadap Rusia. Namun, ia telah menaikkan tarif terhadap India menjadi 50% akibat pembelian minyak dari Rusia.
Sikap tegas China terhadap upaya isolasi Putin juga semakin terlihat. Pekan lalu, Rusia mengumumkan bahwa China telah menandatangani perjanjian proyek pipa gas besar Power of Siberia 2, yang sebelumnya ditunda.
India justru memiliki persiapan dengan memberi paket bantuan bagi para eksportir yang terkena dampak tarif tinggi dari AS, menurut sumber. Usulan ini akan dibahas dalam rapat kabinet dalam beberapa hari mendatang.
Kementerian Perdagangan dan Industri India juga memiliki cara untuk meringankan tekanan likuiditas para eksportir, salah satunya memberi pinjaman tanpa jaminan dan suku bunga bersubsidi. Paket kebijakan ini diharapkan dapat dibiayai dari anggaran promosi ekspor 22,5 miliar rupee sekitar US$ 255 juta yang disiapkan dalam APBN India di Februari 2025.