Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan sedang mempertimbangkan untuk menghentikan sebagian hubungan dagang dengan China, dengan menyoroti komoditas minyak goreng sebagai contoh.
Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
“Saya percaya bahwa China secara sengaja berhenti membeli kedelai dari kami dan menimbulkan kesulitan bagi petani kedelai Amerika. Itu adalah tindakan ekonomi yang bermusuhan,” tulis Trump di media sosial pada Selasa (15/10).
“Kami sedang mempertimbangkan untuk menghentikan bisnis dengan China yang berkaitan dengan minyak goreng dan elemen perdagangan lainnya sebagai bentuk pembalasan. Sebagai contoh, kami bisa dengan mudah memproduksi minyak goreng sendiri; kami tidak perlu membelinya dari China,” lanjutnya.
Impor Minyak Goreng Bekas dari China Sudah Merosot Tajam
Data perdagangan menunjukkan bahwa ancaman Trump muncul ketika volume impor used cooking oil (UCO) atau minyak goreng bekas dari China ke AS sebenarnya sudah anjlok drastis sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Shutdown Pemerintah AS Bikin Dunia Buta Data, Risiko Salah Kebijakan Meningkat
Pada tahun 2024, AS menjadi pasar utama bagi ekspor UCO China dengan total 1,27 juta ton senilai US$1,1 miliar.
Namun setelah pemerintah China menghapus sebagian insentif pajak ekspor akhir tahun lalu dan AS menerapkan tarif baru terhadap produk-produk China pada 2025, impor UCO AS merosot 65% dalam periode Januari–Agustus menjadi hanya 290.690 ton atau US$286,7 juta.
Dua pedagang UCO di China mengatakan kepada media bahwa pernyataan Trump tidak berdampak signifikan terhadap pasar.
“AS sebenarnya sudah berhenti membeli dari China, jadi dampaknya sama kosongnya dengan ancamannya,” ujar salah satu pedagang.
Pedagang lain menambahkan, “Produsen dalam negeri kini fokus memenuhi pesanan dari Eropa dan tidak lagi mengandalkan pasar AS.”
Perdagangan UCO Kecil Dibandingkan Kedelai
Meski menyoroti minyak goreng, skala perdagangan UCO relatif kecil jika dibandingkan dengan kedelai, komoditas pertanian utama dalam hubungan dagang kedua negara.
Tahun lalu, China mengimpor 22,13 juta ton kedelai asal AS senilai US$12 miliar. Namun dalam beberapa bulan terakhir, Beijing memangkas pembelian dari AS dan beralih ke pasokan dari Brasil serta Argentina.
Baca Juga: Trump Ancam Spanyol dengan Tarif Dagang karena Tolak Naikkan Anggaran Pertahanan
“Perdagangan minyak goreng bekas memang tergolong kecil, tetapi langkah ini menunjukkan bagaimana pemerintahan Trump berupaya membela petani Amerika saat China mengalihkan pembelian pertaniannya ke pemasok lain,” ujar Chim Lee, analis senior di Economist Intelligence Unit (EIU).
Ketegangan Dagang AS–China Kembali Memanas
Trump menilai langkah China mengurangi pembelian kedelai sebagai taktik negosiasi, dan mengisyaratkan akan membahas isu tersebut dalam pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping. Namun, ia juga mengancam akan menghentikan sebagian besar impor dari China jika Beijing tidak mengubah kebijakan dagangnya.
Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump telah meluncurkan serangkaian tarif baru terhadap produk impor asal China bernilai miliaran dolar.
Kebijakan itu diklaim bertujuan untuk memperkecil defisit perdagangan, menghidupkan kembali industri manufaktur AS, dan menekan perdagangan fentanyl, narkotika sintetis yang banyak disalahkan berasal dari China.
Hubungan AS–China sendiri sudah lama tegang, termasuk selama masa jabatan Trump. Perselisihan meliputi isu teknologi, hak asasi manusia, asal-usul pandemi COVID-19, hingga geopolitik di Hong Kong, Taiwan, dan Ukraina.