kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   9.000   0,39%
  • USD/IDR 16.717   -1,00   -0,01%
  • IDX 8.361   23,78   0,29%
  • KOMPAS100 1.164   4,12   0,36%
  • LQ45 851   3,27   0,39%
  • ISSI 289   1,00   0,35%
  • IDX30 444   0,73   0,17%
  • IDXHIDIV20 512   1,03   0,20%
  • IDX80 131   0,48   0,37%
  • IDXV30 138   0,99   0,73%
  • IDXQ30 141   0,37   0,26%

Trump Tambah Daftar 10 Mineral Kritis, Termasuk Tembaga dan Batu Bara


Jumat, 07 November 2025 / 10:48 WIB
Trump Tambah Daftar 10 Mineral Kritis, Termasuk Tembaga dan Batu Bara
ILUSTRASI. Pemerintahan Trump menambahkan 10 mineral, termasuk tembaga dan batu bara metalurgi, ke daftar kritis AS. REUTERS/Evelyn Hockstein


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintahan Presiden Donald Trump menambahkan 10 mineral baru ke dalam daftar mineral kritis yang dianggap penting bagi perekonomian dan keamanan nasional Amerika Serikat, termasuk tembaga dan batu bara metalurgi, dua komoditas vital bagi industri kendaraan listrik, jaringan listrik, pusat data, dan produksi baja.

Daftar yang diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri AS (U.S. Department of the Interior) ini menjadi pedoman utama bagi investasi federal, keputusan perizinan, serta arah kebijakan strategis pemerintah dalam pengelolaan sumber daya mineral.

Langkah ini dilakukan di tengah upaya Washington untuk meningkatkan produksi pertambangan domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor, terutama dari China, yang selama ini mendominasi pemurnian berbagai mineral penting dunia.

Panduan bagi Insentif Federal dan Investasi Strategis

Daftar mineral kritis tersebut berfungsi sebagai peta jalan strategis bagi pemerintah AS untuk mengamankan pasokan bahan baku penting yang dibutuhkan sektor pertahanan, manufaktur, dan teknologi energi bersih.

Baca Juga: Abdullah Hammoud Menangi Pemilu di Dearborn, AS Kini Miliki Dua Pemimpin Muslim

Penetapan ini juga menentukan proyek-proyek yang memenuhi syarat insentif federal, memengaruhi prioritas penelitian dan stok nasional, serta menjadi sinyal bagi investor swasta mengenai nilai strategis jangka panjang dari mineral-mineral tersebut.

Menurut pejabat dan pelaku industri, memperkuat produksi dalam negeri dapat membantu AS menghadapi potensi guncangan pasokan global atau pembatasan ekspor dari negara pesaing seperti China.

Doug Burgum, Menteri Dalam Negeri AS, menyatakan bahwa daftar terbaru ini “memberikan peta jalan berbasis data yang jelas untuk mengurangi ketergantungan pada musuh asing, memperluas produksi domestik, dan mendorong inovasi Amerika.”

Selain tembaga dan batu bara metalurgi, daftar baru ini juga mencakup uranium, boron, timbal, fosfat, potasium (potash), rhenium, silikon, dan perak.

Kritik dari Aktivis Lingkungan

Kelompok lingkungan menentang langkah tersebut. Cameron Walkup dari Earthjustice Action menilai bahwa pemerintahan Trump mengabaikan faktor ekonomi dan hukum lingkungan, serta membuka peluang bagi proyek pertambangan untuk disetujui tanpa perlindungan memadai terhadap polusi dan dampak sosial.

Baca Juga: Maskapai AS Batalkan 1.800 Penerbangan Harian, Dampak Penutupan Pemerintah

“Alih-alih memprioritaskan keuntungan korporasi, seharusnya kita berfokus pada solusi nyata untuk memenuhi kebutuhan rantai pasokan mineral melalui daur ulang yang bertanggung jawab dan pembaruan regulasi pertambangan,” ujar Walkup.

Sementara itu, Corey Rosenbusch, CEO dari The Fertilizer Institute, menekankan pentingnya pasokan stabil untuk potash dan fosfat, dua mineral utama dalam pupuk pertanian global.

“Kedua mineral ini sangat penting untuk memastikan ketahanan pangan dunia dan kesejahteraan masyarakat,” kata Rosenbusch.

Pihak lembaga tersebut menambahkan bahwa potash sudah masuk dalam daftar tahun 2018, namun fosfat dan potash sempat dihapus dalam pembaruan daftar tahun 2022 sebelum akhirnya dimasukkan kembali kali ini.

Produksi Tembaga AS Kurang Kompetitif

Tembaga memiliki peran penting dalam berbagai sektor, mulai dari pembangkit listrik, elektronik, hingga konstruksi. Namun, biaya produksi di AS masih relatif tinggi karena kadar tembaga di tambang domestik lebih rendah dibandingkan negara lain.

Perusahaan tambang Freeport-McMoRan, produsen tembaga terbesar di AS yang mengoperasikan tujuh tambang dan satu dari dua smelter tembaga nasional, menyebut bahwa status “mineral kritis” dapat membantu mereka memperoleh insentif pajak senilai lebih dari US$500 juta per tahun, sebagaimana diatur dalam Inflation Reduction Act 2022.

CEO Freeport, Kathleen Quirk, mengatakan kepada Reuters pada Maret lalu:

“Kami tidak mencari bantuan, tetapi jika pemerintah ingin mendorong produksi tembaga domestik, penting untuk memahami bahwa kadar tembaga di AS tidak setinggi di luar negeri.”

Baca Juga: Nancy Pelosi, Perempuan Pertama yang Jadi Ketua DPR AS Akan Pensiun dari Kongres

Sementara itu, Rio Tinto, yang mengoperasikan satu smelter tembaga lainnya di AS, menyebut bahwa langkah pemerintah “mengirimkan sinyal jelas bahwa Amerika berkomitmen membangun rantai pasokan yang tangguh untuk teknologi masa depan.”

Dukungan pada Batu Bara Metalurgi dan Energi Konvensional

Penetapan batu bara metalurgi (met coal) dalam daftar ini juga sejalan dengan dukungan Presiden Trump terhadap sektor bahan bakar fosil.

Meski begitu, sejumlah tambang batu bara di AS baru-baru ini menghentikan operasinya karena kelebihan pasokan dan penurunan ekspor ke China, yang tahun ini menambah tarif impor 15% untuk batu bara asal AS.

Rich Nolan, Presiden dan CEO National Mining Association, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong perluasan daftar mineral kritis agar Amerika Serikat memiliki sumber daya domestik yang cukup untuk kebutuhan masa depan.

Selanjutnya: Tier List Overfield Edisi Awal Rilis, Temukan Karakter Terbaik dan Cara Reroll

Menarik Dibaca: Waspada! Ini 4 Hal Sering Lupa Traveler Saat Berlibur




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×