Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Ukraina telah meningkatkan serangan pesawat nirawak terhadap kilang minyak dan infrastruktur ekspor Rusia. Yakni dengan menyerang sektor terpenting ekonomi Presiden Vladimir Putin.
Langkah ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka dapat melawan balik di tengah upaya Amerika Serikat untuk menengahi kesepakatan damai.
Reuters melaporkan, serangan tersebut mengganggu pemrosesan dan ekspor minyak Moskow, menyebabkan kelangkaan bensin di beberapa wilayah Rusia, dan merupakan respons terhadap kemajuan Moskow di garis depan dan gempurannya terhadap fasilitas gas dan listrik Ukraina.
Menurut para analis, langkah Kyiv merupakan upaya untuk meningkatkan taruhan dalam kemungkinan perundingan damai dan menantang gagasan bahwa Ukraina telah kalah perang setelah Presiden AS Donald Trump dan Putin bertemu di Alaska bulan ini.
Berdasarkan perhitungan Reuters, serangan Ukraina terhadap 10 pabrik mengganggu setidaknya 17% kapasitas kilang Rusia, atau 1,1 juta barel per hari.
Perang drone telah mendorong lebih banyak minyak mentah untuk diekspor dari negara pengekspor minyak nomor 2 dunia. Sementara, Washington mendesak Tiongkok dan India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia.
Baca Juga: Abaikan AS, India Siap Beli Minyak dengan Harga Terbaik, Termasuk dari Rusia
Serangan terhadap kilang minyak terjadi ketika permintaan musiman Rusia untuk bensin dari wisatawan dan petani mencapai puncaknya.
Rusia telah memperketat larangan ekspor bensinnya pada bulan Juli untuk mengatasi lonjakan permintaan domestik bahkan sebelum serangan.
Terjadi kekurangan bensin di beberapa wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia, Rusia bagian selatan, dan bahkan Timur Jauh, yang memaksa para pengendara beralih ke bensin yang lebih mahal karena kekurangan bensin jenis A-95.
"Kami akan bertahan, tetapi ini merupakan pukulan besar bagi anggaran keluarga kami, pukulan besar. Ini benar-benar terasa," kata Svetlana Bazhanova, seorang penduduk Sevastopol, kota terbesar di Krimea yang dianeksasi Rusia pada tahun 2014.
Pelabuhan Vladivostok di timur jauh Rusia mengalami antrean panjang mobil di pom bensin, menurut seorang reporter Reuters. Kekurangan ini disebabkan oleh arus masuk wisatawan musiman, kata otoritas setempat.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Pasca Serangan Ukraina Menghantam Fasilitas Energi Rusia
"Kilang-kilang yang terdampak hanya kehilangan sebagian kapasitasnya, tetapi hal ini masih dapat menimbulkan masalah dengan pasokan bahan bakar domestik," kata Sergei Vakulenko, seorang peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center, yang sebelumnya bekerja di perusahaan minyak besar Rusia, Gazprom Neft.
Rusia bergantung pada ekspor minyak dan gas untuk seperempat dari pendapatan anggarannya, yang mendanai peningkatan 25% dalam belanja pertahanan tahun ini ke tingkat tertinggi sejak Perang Dingin.
Sanksi Barat telah memaksa Moskow untuk menjual minyak dengan harga diskon dan menghentikan penjualan gas di sebagian besar Eropa. Hal ini tidak menghalangi Moskow untuk memproduksi artileri dan senjata dalam jumlah rekor, menurut para jenderal militer AS.
Perang di Ukraina telah menjadi pertempuran atrisi dengan Rusia dan Ukraina menggunakan drone dan rudal untuk menyerang jauh di belakang garis depan guna merusak perekonomian masing-masing.
Sejauh ini, perekonomian Rusia telah mampu mengatasi sanksi tersebut, tetapi pertumbuhannya melambat, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Kremlin.
Tonton: Trump Ultimatum Putin: Damai Atau Rusia Kena Sanksi Lebih Keras!
Dalam sebulan terakhir, Ukraina telah menyerang kilang Volgograd milik Lukoil, kilang Ryazan milik Rosneft, dan sejumlah kilang lainnya di wilayah Rostov, Samara, Saratov, dan Krasnodar.
Kebakaran di kilang Novoshakhtinsk Rusia masih berkobar pada hari Senin setelah serangan pesawat nirawak Ukraina.
Pesawat nirawak Ukraina juga menyerang pipa Druzhba dan terminal ekspor Ust-Luga milik Novatek serta kompleks pemrosesan bahan bakar di Laut Baltik.