Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Kilang-kilang yang terdampak hanya kehilangan sebagian kapasitasnya, tetapi hal ini masih dapat menimbulkan masalah dengan pasokan bahan bakar domestik," kata Sergei Vakulenko, seorang peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center, yang sebelumnya bekerja di perusahaan minyak besar Rusia, Gazprom Neft.
Rusia bergantung pada ekspor minyak dan gas untuk seperempat dari pendapatan anggarannya, yang mendanai peningkatan 25% dalam belanja pertahanan tahun ini ke tingkat tertinggi sejak Perang Dingin.
Sanksi Barat telah memaksa Moskow untuk menjual minyak dengan harga diskon dan menghentikan penjualan gas di sebagian besar Eropa. Hal ini tidak menghalangi Moskow untuk memproduksi artileri dan senjata dalam jumlah rekor, menurut para jenderal militer AS.
Perang di Ukraina telah menjadi pertempuran atrisi dengan Rusia dan Ukraina menggunakan drone dan rudal untuk menyerang jauh di belakang garis depan guna merusak perekonomian masing-masing.
Sejauh ini, perekonomian Rusia telah mampu mengatasi sanksi tersebut, tetapi pertumbuhannya melambat, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Kremlin.
Tonton: Trump Ultimatum Putin: Damai Atau Rusia Kena Sanksi Lebih Keras!
Dalam sebulan terakhir, Ukraina telah menyerang kilang Volgograd milik Lukoil, kilang Ryazan milik Rosneft, dan sejumlah kilang lainnya di wilayah Rostov, Samara, Saratov, dan Krasnodar.
Kebakaran di kilang Novoshakhtinsk Rusia masih berkobar pada hari Senin setelah serangan pesawat nirawak Ukraina.
Pesawat nirawak Ukraina juga menyerang pipa Druzhba dan terminal ekspor Ust-Luga milik Novatek serta kompleks pemrosesan bahan bakar di Laut Baltik.