Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Ukraina mengklaim berhasil menyerang sebuah kapal selam Rusia di pelabuhan Novorossiysk, Laut Hitam, menggunakan drone bawah air.
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) menyebut serangan itu menyebabkan kerusakan kritis dan melumpuhkan kapal selam tersebut yang diklaim sebagai operasi pertama dengan teknologi sejenis.
Dalam pernyataannya, SBU menyebut serangan dilakukan menggunakan drone bawah air bernama Sub Sea Baby. Video yang dibagikan SBU memperlihatkan ledakan besar di area pelabuhan.
Baca Juga: Ukraina Klaim Serang Kilang Minyak, Pangkalan Militer, dan Pabrik Elektronik di Rusia
“Akibat ledakan tersebut, kapal selam mengalami kerusakan kritis dan efektif tidak dapat beroperasi,” kata SBU. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Rusia mengakui adanya serangan, tetapi membantah klaim kerusakan. Media pemerintah Rusia mengutip Alexei Rulev, Kepala Layanan Pers Armada Laut Hitam, yang menyatakan upaya sabotase Ukraina dengan kendaraan bawah air tak berawak gagal dan tidak ada kapal maupun kapal selam yang terdampak.
Ia juga menepis laporan bahwa sebuah kapal selam hancur di pangkalan angkatan laut Novorossiysk.
Menurut SBU, kapal selam yang diserang merupakan kelas Kilo, yang biasa digunakan Rusia untuk meluncurkan rudal jelajah Kalibr hingga empat rudal sekaligus yang selama perang kerap digunakan untuk menyerang Ukraina.
Baca Juga: Trump Kerahkan Kapal Selam Nuklir Usai Perang Kata-Kata dengan Pejabat Rusia
Kapal selam kelas ini dijuluki “Black Hole” karena kemampuan lambungnya menyerap suara dan sulit terdeteksi sonar. Nilainya diperkirakan sekitar US$ 400 juta, dan akibat sanksi internasional yang membatasi akses komponen teknologi, biaya pembangunan unit serupa kini bisa mencapai US$ 500 juta.
SBU menambahkan, kapal selam tersebut terpaksa bertahan di pelabuhan Novorossiysk setelah serangkaian keberhasilan operasi drone laut Ukraina sebelumnya memaksa Rusia memindahkan banyak kapal dan kapal selam dari Teluk Sevastopol di Semenanjung Krimea yang diduduki.
Serangan ini terjadi di tengah intensifikasi diplomasi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Aksi tersebut diumumkan tak lama setelah berakhirnya hari kedua perundingan antara delegasi Amerika Serikat dan Ukraina di Berlin.
Dalam konferensi pers di Berlin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan Kyiv harus benar-benar yakin terhadap bentuk jaminan keamanan dari sekutu sebelum mengambil keputusan terkait garis depan dalam potensi kesepakatan damai.













