Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
BANGKOK. Bencana berupa banjir besar yang melanda Thailand sejak Juli sampai akhir November 2011 tak hanya menelan lebih 800 korban jiwa saja. Banjir bak air bah di 64 propinsi di 77 propinsi di Thailand itu juga meninggalkan duka bagi pelaku industri di Negara Gajah Putih itu.
Pemerintah Thailand menyatakan, lebih kurang 7.510 pabrik menderita akibat banjir tersebut. Mulai dari mesin produksi yang tenggelam, mata rantai produksi yang terputus sampai dengan bahan baku dan hasil produksi terendam air. Miliar dolar pun menguap seketika, ketika air bergelora memenuhi kawasan industri di Negeri yang tak pernah terjajah itu.
Banyak kekhawatiran meradang ketika banjir menerjang tujuh kawasan industri penting di Thailand. Mulai kekhawatiran krisis ekonomi, juga kekhawatiran investor asing hengkang dari bumi Thailand. Namun, untuk menghindari hal itu terjadi, pemerintah Thailand memiliki strategi besar untuk mencegah hal itu terjadi.
Pemerintah Thailand mau belajar dari bencana banjir terbesar yang terjadi semenjak lima dekade terakhir itu. Untuk melindungi rakyat dan industrinya, pemerintah Thailand menyatakan akan membuat proyek pengendalian banjir yang bisa menguras kas negaranya hingga 350 miliar baht atau senilai US$ 11 miliar.
Proyek pengendalian banjir itulah yang menjadi salah satu iming-iming pemerintah Thailand untuk mengajak investor bertahan di negaranya. Sebagian dari pelaku industri yakin, proyek pengendalian banjir itu membuat industri mereka bisa bernafas lega. “Komitmen pemerintah membuat kami yakin industri Thailand kembali bergerak paska banjir besar,” kata Kan Trakulhoon, Chief Executive Officer (CEO) dan Presiden Direktur SCG di Bangkok (5/1).
Selain membuat banyak proyek penanganan banjir, pemerintah Thailand lewat Board of Investment (BoI) juga membuat sinyal lampu hijau untuk pengurangan serta pembebasan pajak bagi industri yang terkena dampak banjir. Surat kabar lokal, Bangkok Post mencatat, sampai awal Januari sudah terdapat 1.488 pabrik yang berpotensi menerima hak istimewa pengurangan dan pembebasan pajak itu.
Namun begitu, Pemerintah Thailand menghitung, pengurangan dan pembebasan pajak berpotensi memangkas pendapatan negara hingga 12 miliar baht per tahun. Namun, keputusan penting itu tetap akan diambil guna menyelamatkan industri yang terpukul akibat banjir besar yang bisa berefek pada aktivitas ekonomi mereka.
Menanti kehadiran investor baru
Selain memberikan insentif khusus bagi industri yang menjadi korban banjir, pemerintah Thailand juga menjanjikan insentif keringanan pajak bagi industri baru yang akan menanamkan modalnya di Thailand. Wannarat Charnnukul Menteri Perindustrian Thailand seperti yang dikutip dari Reuters bilang, dampak kebijakan pemerintah itu diklaim berhasil menarik hati investor baru.
Wannarat menyatakan, komitmen investasi tahun ini naik hingga 45% dari 412 miliar bath di 2011 menjadi 600 miliar baht tahun ini. “Investor menunjukkan minat berinvestasi di Thailand sepanjang tahun meskipun bencana alam, yang menyebabkan perlambatan dalam investasi selama dua atau tiga bulan terakhir," kata Wannarat.
Sektor investasi baru yang akan berdiri di Thailand itu atara lain: industri bioplastik, pertanian olahan, energi alternatif, teknologi tinggi, ramah lingkungan, alat-alat medis dan sektor industri karet dan turunannya.
Menggelar pameran investasi
Untuk mengundang kehadiran investor baru itu, pemerintah Thailand menggelar pameran investasi bernama BOI Fair 2012 yang bertajuk “Going Green for the Future." Pameran tersebut diselenggarakan di Impact Convention Center di pinggiran kota Bangkok mulai 5 Januari sampai 20 Januari. Menurut pengamatan KONTAN, di lokasi pameran terdapat 42 paviliun yang ditempati oleh produsen otomotif, elektronik, industri karet, plastik, alat bangunan, industri teknologi informasi serta waralaba makanan seperti McDonald's.
Beberapa paviliun berdiri megah dengan konsep yang futuristik seperti paviliun Siam Cement Group (SCG), produsen bahan kontruksi yang mendesain paviliun dengan tema hijau. “Pameran ini membuat pelaku industri fokus menerapkan teknologi dan pertumbuhan bisnis yang ramah lingkungan,” kata Kan, selaku Presiden Direktur SCG.
Selain paviliun SCG terdapat paviliun milik Toyota Motor Corp yang mengikuti pameran. Walaupun perusahaan mobil asal Jepang ini gagal memproduksi 150.000 unit mobil selama banjir, tapi Toyota tetap berkomitmen berinvestasi di Thailand. "Sekarang produksi kami masih 40-50%," kata Ninnart Chaithirapinyo, Wakil Ketua Toyoya Motor Thailand seperti yang dikutip dari Bangkok Post.
Paviliun lainnya adalaah Nissan Motor, Honda Motor, Chevrolet, Aeroklas Co Ltd, produsen kemasan plastik serta Indorama dan yang juga mendesain paviliun dengan konsep hampir serupa. Selain industri otomotif, BoI juga sukses mengandeng Sony, produsen elektronik asal Jepang dan juga Kubota Corp, produsen alat pertanian.
Tak hanya itu, pameran BOI Fair juga diikuti : TOT (perusahaan telekomunikasi), Charoen Pokphand Group (perusahaan agribisnis), ABB Thailand Co (perusahaan produksi komponen robot), beberapa perusahaan ban dan banyak lagi.
Christoper Eve, Vice Predisent UBM Asia bilang, pameran BOI Fair akan memberikan angin segar bagi investor untuk datang ke Thailand. "Saya sudah bilang kolega dan teman di Jepang, agar kembali ke Bangkok setelah tahun baru, mereka pasti kaget lihat Thailand," kata Eve seperti yang diberitakan harian Bangkok Post.