Sumber: Reuters | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Maskapai penerbangan komersial di seluruh dunia pada hari Senin (23/6) mempertimbangkan untuk menangguhkan penerbangan Timur Tengah. Hal ini terjadi usai AS menyerang situs nuklir utama Iran dan Teheran bersumpah untuk mempertahankan diri.
Wilayah udara yang biasanya yang membentang dari Iran dan Irak ke Mediterania sebagian besar kosong dari lalu lintas udara komersial komersial selama 10 hari sejak Israel memulai serangan terhadap Iran pada 13 Juni lalu. Sejumlah maskapai penerbangan mengalihkan, membatalkan, dan menunda penerbangan melalui wilayah tersebut karena penutupan wilayah udara dan masalah keamanan.
Pembatalan dilakukan di beberapa bandara internasional tersibuk di dunia seperti Doha di Qatar. Ini semakin menunjukkan bagaimana kekhawatiran industri penerbangan terhadap kawasan tersebut.
Baca Juga: Maskapai Tanggung Efek Perang di Timur Tengah
Namun, beberapa maskapai penerbangan internasional seperti Singapore Airlines, sudah mulai melunak dan akan melanjutkan penerbangan ke Dubai pada hari Senin setelah sempat membatalkan penerbangan hari Minggu.
Begitu juga dengan British Airways, yang dimiliki oleh IAG. Maskapai asal Inggris ini pun akan melanjutkan penerbangan ke Dubai dan Doha pada hari Senin setelah membatalkan rute ke dan dari kedua bandara tersebut. Lalu, Air France KLM membatalkan penerbangan dari/ke Dubai dan Riyadh pada hari Minggu dan Senin.
Sedangkan sehari sebelum serangan AS, American Airlines menangguhkan penerbangan ke Qatar, dan United Airlines serta Air Canada melakukan hal yang sama dengan penerbangan ke Dubai.
Seperti diketahui, di tengah rudal dan serangan udara selama 10 hari terakhir, maskapai penerbangan dialihkan ke utara melalui Laut Kaspia atau ke selatan melalui Mesir dan Arab Ditambah dengan peningkatan biaya bahan bakar dan awak pesawat. Akibat jalan memutar dan pembatalan ini, maskapai juga menghadapi berpotensi mengahadapi kenaikan dalam biaya bahan bakar jet karena kenaikan harga minyak setelah serangan AS.
Baca Juga: Maskapai Penerbangan Global Hindari Wilayah Timur Tengah Usai Serangan AS ke Iran
Sementara maskapai penerbangan internasional menghindar dari wilayah tersebut wilayah tersebut, maskapai lokal di Yordania, Lebanon, dan Irak memilih melanjutkan beberapa penerbangan. Bahkan Israel meningkatkan penerbangan untuk membantu orang kembali ke rumah, dan pergi. Otoritas Bandara negara itu mengatakan bahwa apa yang disebut penerbangan penyelamatan ke negara itu akan diperluas pada hari Senin dengan 24 penerbangan sehari. hari, meskipun setiap penerbangan akan dibatasi hingga 50 penumpang.
Mulai Senin, maskapai penerbangan Israel akan mulai mengoperasikan penerbangan keluar penerbangan keluar dari Israel. Maskapai penerbangan Israel El Al pada Ahad mengatakan telah menerima aplikasi untuk meninggalkan negara itu dari sekitar 25.000 orang dalam sekitar satu hari.
Keamanan udara
Tak hanya itu, zona konflik yang semakin meluas juga memicu kekhawatiran maskapai karena serangan udara meningkatnya potensi serangan udara yang disengaja atau disengaja terhadap lalu lintas udara komersial.
Pemalsuan lokasi dan gangguan GPS di sekitar titik-titik hotspot juga mungkin terjadi. Misalnya bisa saja sistem GPS berbasis darat menyiarkan posisi yang salah posisi yang salah sehingga bisa membuat pesawat komersial keluar jalur.
Flightradar24 mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah melihat peningkatan terkait gangguan dan penipuan dalam beberapa hari terakhir di atas Teluk Persia. SkAI, sebuah perusahaan Swiss yang menjalankan peta gangguan GPS, pada hari Minggu mengatakan telah mengamati lebih dari 150 pesawat yang dipalsukan dalam 24 Safe Airspace, sebuah situs web yang dijalankan oleh OPSGROUP, sebuah organisasi berbasis keanggotaan organisasi berbasis keanggotaan yang berbagi informasi risiko penerbangan.
Serangan AS terhadap situs nuklir Iran dapat meningkatkan ancaman terhadap operator Amerika di wilayah tersebut. Hal ini dapat meningkatkan risiko wilayah udara tambahan di negara-negara Teluk seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Arab.