Sumber: NDTV | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan di Timur Tengah semakin memuncak setelah Amerika Serikat bergabung dengan Israel dalam melakukan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu dini hari.
Tanggapan dari Teheran sangat keras: pemerintah Iran memperingatkan bahwa akan ada “konsekuensi berat” bagi AS, dan menyatakan bahwa seluruh warga sipil dan personel militer Amerika di kawasan kini menjadi sasaran.
Iran Sebut Warga dan Tentara AS Jadi Target
Televisi pemerintah Iran mengabarkan bahwa sasaran serangan AS adalah fasilitas nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan. Menanggapi hal ini, Iran menyatakan bahwa “setiap warga negara atau personel militer Amerika di Asia Barat kini menjadi target.”
Hossein Shariatmadari, tokoh garis keras sekaligus pemimpin redaksi surat kabar Kayhan yang dekat dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan tindakan balasan yang agresif.
Baca Juga: Setiap Warga Amerika Kini Jadi Target! Peringatan Keras Iran Usai Serangan AS
Dalam editorialnya, ia menyerukan serangan rudal terhadap armada Angkatan Laut AS di Bahrain dan penutupan Selat Hormuz bagi kapal-kapal milik AS, Inggris, Jerman, dan Prancis.
“Kini giliran kita bertindak tanpa penundaan. Sebagai langkah awal, kita harus meluncurkan serangan rudal ke armada AS di Bahrain dan secara bersamaan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal dari negara-negara Barat,” tulis Shariatmadari.
Peringatan ini muncul tak lama setelah Khamenei sendiri mengeluarkan peringatan langsung kepada Washington soal “konsekuensi berat” akibat intervensi militer tersebut.
Pangkalan Militer AS di Timur Tengah: Potensi Target Iran
Dengan sekitar 40.000 personel militer AS yang tersebar di berbagai pangkalan di kawasan Timur Tengah, potensi serangan balasan Iran bukanlah isapan jempol. Berikut ini adalah daftar pangkalan militer utama Amerika Serikat di wilayah yang berpotensi menjadi sasaran serangan:
1. Bahrain – Markas Armada Kelima Angkatan Laut AS
Bahrain adalah rumah bagi Armada Kelima dan Komando Pusat Angkatan Laut AS. Pangkalan ini memiliki pelabuhan laut dalam yang dapat menampung kapal induk dan kapal perang besar lainnya.
Armada ini memainkan peran penting dalam operasi AS di Teluk Persia. Sejak 1948, AS menggunakan fasilitas ini, yang sebelumnya dioperasikan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
Baca Juga: Ali Khamenei Tunjuk 3 Calon Penggantinya di Tengah Ancaman Pembunuhan Israel
2. Qatar – Pangkalan Udara Al Udeid
Merupakan pangkalan terbesar milik AS di Timur Tengah. Al Udeid menjadi pusat operasi udara dan markas pasukan khusus CENTCOM. Di sini juga beroperasi Wing Ekspedisi Udara ke-379 dan rotasi pesawat tempur AS.
3. Irak – Pangkalan Udara Al Asad dan Al Harir
Setelah invasi 2003, Irak menjadi sekutu penting AS. Pangkalan Al Asad di Provinsi Al-Anbar dan Al Harir di Erbil menjadi rumah bagi sekitar 2.500 tentara AS. Pangkalan Al Asad pernah diserang rudal Iran pada 2020 pasca pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.
4. Suriah – Garnisun Al Tanf
Pangkalan ini terletak di selatan Suriah, dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania. Keberadaan pasukan AS di sini bertujuan untuk mendukung koalisi internasional melawan ISIS. Al Tanf telah menjadi titik penting dalam strategi militer AS di Suriah.
Baca Juga: Misteri Serangan ke Fordow: Apakah Fasilitas Nuklir Terkebal Iran Benar-Benar Hancur?
5. Kuwait – Camp Arifjan dan Pangkalan Udara Ali Al-Salem
Camp Arifjan menjadi markas depan Angkatan Darat AS di kawasan, sementara Ali Al-Salem menjadi pusat transportasi udara utama untuk mendukung operasi gabungan dan koalisi di kawasan. Lokasinya yang strategis, hanya 30 km dari perbatasan Irak, menjadikan pangkalan ini rawan serangan.
6. Uni Emirat Arab – Pangkalan Udara Al Dhafra
Terletak di UEA, Al Dhafra adalah rumah bagi Wing Ekspedisi Udara ke-380 dan beberapa jet tempur canggih seperti F-22 Raptor. Pangkalan ini juga menjadi lokasi pusat pelatihan pertahanan udara dan rudal di wilayah Teluk.