Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah Amerika Serikat menggempur tiga fasilitas nuklir utama Iran, perhatian dunia kini tertuju pada Fordow—situs pengayaan uranium paling terlindungi milik Iran.
Presiden Donald Trump mengklaim Fordow telah “dihancurkan total”, namun benarkah demikian?
AS dan Israel Serang Bersama: Fordow Jadi Target Utama
Pada Minggu pagi waktu Iran, Amerika Serikat meluncurkan serangan udara besar-besaran ke tiga fasilitas nuklir utama Iran: Natanz, Isfahan, dan Fordow. Serangan ini terjadi dua minggu setelah Israel memulai kampanye militernya terhadap infrastruktur nuklir Iran.
Namun Fordow berbeda. Situs ini sebelumnya telah diserang Israel pada 13 Juni, namun menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), tidak ada kerusakan signifikan yang terlihat. Fordow terletak ratusan meter di dalam gunung, menjadikannya jauh lebih sulit dihancurkan dibanding Natanz.
Baca Juga: Efek Serangan AS ke Iran: Harga Minyak Terancam Naik dan Rupiah Tertekan
Presiden Trump, dalam unggahan di Truth Social pasca-serangan, menulis singkat: “FORDOW IS GONE”—seolah mengonfirmasi bahwa situs tersebut kini tak lagi berfungsi.
Apa Itu Fordow dan Mengapa Sangat Penting?
Fordow awalnya dibangun sebagai fasilitas militer oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), sebelum dikonversi menjadi situs nuklir pada 2009. Lokasinya berada sekitar 30 kilometer dari kota suci Qom dan dirancang untuk menampung hampir 3.000 sentrifugal.
Fordow menjadi sorotan internasional karena pada 2023, IAEA menemukan partikel uranium yang diperkaya hingga 83,7%—mendekati level 90% yang dibutuhkan untuk senjata nuklir. Hal ini memicu kekhawatiran global akan potensi pengembangan senjata nuklir secara diam-diam oleh Teheran.
Apakah Fordow Benar-Benar Hancur?
Hingga kini, belum ada konfirmasi independen mengenai tingkat kerusakan di Fordow. Sumber resmi Iran, termasuk Kantor Berita IRNA, menyebut bahwa warga di sekitar lokasi tidak merasakan ledakan besar, dan situasi tetap normal.
Baca Juga: AS Serangan Fasilitas Nuklir Iran: Harga Minyak Melonjak, Investor Cari Aset Aman
Seorang penasihat Ketua Parlemen Iran bahkan menyatakan bahwa infrastruktur penting di Fordow telah lama dipindahkan, sehingga serangan tidak menimbulkan “kerusakan yang tidak dapat diperbaiki”.
Sementara itu, IAEA terakhir kali menyatakan pada 16 Juni bahwa tidak terlihat kerusakan di fasilitas Fordow maupun reaktor air berat Khondab.
Bagaimana Fordow Bisa Dihancurkan?
Serangan terhadap Fordow memerlukan teknologi militer tingkat tinggi. Lokasinya yang jauh di dalam gunung membuatnya hampir mustahil dihancurkan oleh rudal konvensional. Namun, AS memiliki Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom penghancur bunker seberat 13.600 kg yang mampu menembus struktur bawah tanah seperti Fordow, jika dijatuhkan dari pembom B-2.
Pentagon mengonfirmasi bahwa B-2 digunakan dalam serangan Minggu, namun belum mengungkap jenis amunisi yang digunakan. Jika MOP benar-benar dikerahkan, maka ini adalah eskalasi signifikan dalam konflik nuklir Iran-AS.
Baca Juga: Dunia Terbelah! Ini Reaksi Keras Pemimpin Dunia atas Serangan AS ke Iran
Latar Belakang Ketegangan Nuklir Fordow
Setelah terungkap pada 2009, Fordow menjadi titik awal pembicaraan damai antara Iran dan negara-negara Barat. Pada 2015, perjanjian JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) disepakati, melarang Iran melakukan pengayaan uranium di Fordow selama 15 tahun.
Namun, setelah Amerika Serikat keluar dari JCPOA pada 2018 di bawah pemerintahan Trump, Iran perlahan melanggar perjanjian tersebut. Temuan uranium 83,7% oleh IAEA pada 2023 menjadi sinyal bahwa Fordow kembali aktif dalam proyek sensitif.