Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ekspor China diperkirakan akan tetap menemui jalan yang sulit karena dampak dari wabah virus corona yang makin menyebar ke seluruh dunia. Hal ini terjadi setelah China mencatat defisit perdagangan pertama dalam delapan tahun terakhir dalam periode Januari-Februari.
Dilansir dari South China Morning Post, di saat ekonomi China telah mulai pulih, namun kinerja ekspor malah terhambat dengan berkurangnya jumlah barang yang dapat dikirim ke pasar luar negeri.
Baca Juga: Donald Trump: Yang terjadi sekarang bukan krisis keuangan!
Ketika virus corona menyebar ke luar negeri, China menghadapi risiko anjloknya permintaan dari luar negeri untuk barang-barang buatannya. Hal ini pun akan memberikan tekanan lebih kepada ekonomi China yang sudah terhuyung-huyung dari dampak epidemi corona pada industri domestik.
Beberapa ekonom pun saat ini sekarang memperkirakan ekonomi China bakal berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini. Masalah lain yang dihadapi China adalah belanja konsumen saat ini menjadi kontributor yang lebih besar bagi ekonomi daripada ekspor.
Nilai ekspor China untuk Januari dan Februari turun 17,2% dari periode yang setara tahun 2019 menjadi US$ 292,45 miliar, karena kemacetan produksi terkait virus dan perpanjangan liburan telah mengurangi output produksi. Sementara impor hanya turun 4% menjadi US$ 299,54 miliar yang sebagian disebabkan oleh lonjakan pengiriman makanan dan pasokan medis.
Kombinasi itu membuat China mengalami defisit perdagangan US$ 7,09 miliar untuk periode dua bulan alias yang pertama sejak 2012.
Baca Juga: Dari menteri hingga wakil presiden, ini 7 pejabat dunia terjangkit virus corona
Pengiriman ke Amerika Serikat memimpin penurunan keseluruhan, jatuh 27,7 persen menjadi US $ 42,97 miliar. Kemerosotan terjadi meskipun AS mengurangi separuh tarif 15 persen pada impor Cina senilai US $ 120 miliar sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase satu, meskipun pemotongan itu tidak berlaku hingga 14 Februari, saat wabah coronavirus sedang dalam ayunan penuh.
"Penurunan tajam ekspor terutama ke AS adalah hambatan utama pada ekspor secara keseluruhan," kata Liang Zhonghua, kepala analis makro di Lembaga Penelitian Zhongtai Securities.
Beijing meningkatkan pembelian barang-barang pertanian, peralatan medis pelindung dan produk-produk penting asing dari luar negeri untuk mengimbangi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh penurunan produksi domestik.
Baca Juga: Merasa menang lawan corona, China juga mengklaim sebagai sumber stabilitas di dunia
Shen Xinfeng, kepala analis makroekonomi di Northeast Securities, mengatakan bahwa ketika coronavirus menyebar ke seluruh dunia China kemungkinan akan melihat penurunan besar dalam permintaan luar negeri.
"Pembatasan impor dan ekspor asing, serta larangan barang-barang China tidak akan dicabut dalam waktu dekat, dan ketika epidemi menyebar, penyumbatan rantai pasokan hanya akan meningkat," katanya.