kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona varian Omicron terus menyebar, Australia mendeteksi dua kasus baru


Minggu, 28 November 2021 / 15:56 WIB
Virus corona varian Omicron terus menyebar, Australia mendeteksi dua kasus baru
ILUSTRASI. Corona di Australia. REUTERS/Loren Elliott


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

Negara bagian Bavaria di Jerman juga mengumumkan dua kasus varian yang dikonfirmasi pada hari Sabtu. Di Italia, Institut Kesehatan Nasional mengatakan kasus varian baru telah terdeteksi di Milan pada seseorang yang berasal dari Mozambik.

Disparitas vaksin

Meskipun ahli epidemiologi mengatakan pembatasan perjalanan mungkin sudah terlambat untuk menghentikan peredaran Omicron, banyak negara - termasuk Amerika Serikat, Brasil, Kanada, negara-negara Uni Eropa, Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand - telah mengumumkan larangan atau pembatasan perjalanan di Afrika selatan.

Lebih banyak negara memberlakukan pembatasan seperti itu pada hari Minggu, termasuk Indonesia dan Arab Saudi.

Wakil sekretaris kesehatan Meksiko, Hugo Lopez Gatell, mengatakan pembatasan perjalanan tidak banyak berguna dalam menanggapi varian baru, menyebut langkah-langkah yang diambil oleh beberapa negara "tidak proporsional".

"Itu belum terbukti lebih mematikan atau menghindari respons kekebalan yang disebabkan oleh vaksin. Mereka mempengaruhi ekonomi dan kesejahteraan orang," katanya dalam sebuah posting Twitter pada hari Sabtu.

Omicron telah muncul ketika banyak negara di Eropa sudah berjuang melawan lonjakan infeksi COVID-19, dengan beberapa memberlakukan kembali pembatasan aktivitas sosial untuk mencoba menghentikan penyebaran.

Baca Juga: Indonesia bans arrivals from 8 African countries to curb Omicron variant -document

Varian baru ini juga menyoroti perbedaan besar dalam tingkat vaksinasi di seluruh dunia. Bahkan ketika banyak negara maju memberikan booster dosis ketiga, kurang dari 7% orang di negara berpenghasilan rendah telah menerima suntikan COVID-19 pertama mereka, menurut kelompok medis dan hak asasi manusia.

Seth Berkley, CEO Aliansi Vaksin GAVI yang bersama WHO memimpin inisiatif COVAX untuk mendorong distribusi vaksin yang adil, mengatakan ini penting untuk menangkal munculnya lebih banyak varian virus corona.

“Meskipun kita masih perlu tahu lebih banyak tentang Omicron, kita tahu bahwaselama sebagian besar populasi dunia tidak divaksinasi, varian akan terus muncul, dan pandemi akan terus berkepanjangan," katanya dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Sabtu.




TERBARU

[X]
×