kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Vladimir Putin Bakal ke Mongolia yang Merupakan Anggota ICC, Akankah Dia Ditahan?


Senin, 02 September 2024 / 08:04 WIB
Vladimir Putin Bakal ke Mongolia yang Merupakan Anggota ICC, Akankah Dia Ditahan?
ILUSTRASI. Kremlin menepis kekhawatiran tentang perjalanan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan datang ke Mongolia. Photo TASS/Dennis Grombkowski/Getty Images


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Kremlin menepis kekhawatiran tentang perjalanan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan datang ke Mongolia. Kunjungan ini membuat posisi Putin terancam ditangkap berdasarkan surat perintah pengadilan pidana.

Mengutip Fox News, perhatian terhadap perjalanan terbaru Putin berasal dari fakta bahwa Mongolia adalah anggota Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang pada bulan Maret 2023 mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin atas dugaan keterlibatan dalam penculikan anak-anak Ukraina.
 
"Tidak ada kekhawatiran, kami memiliki dialog yang hebat dengan teman-teman kami dari Mongolia," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan pada hari Jumat, menurut Moscow Times. 
 
Peskov menambahkan bahwa semua aspek kunjungan telah dipersiapkan dengan seksama.
 
Seperti yang diketahui, Putin kerap berhati-hati menghindari kunjungan ke negara-negara yang merupakan penandatangan Statuta Roma, sehingga membuat mereka tunduk pada yurisdiksi ICC. 
 
Rusia – bersama dengan negara-negara besar lainnya seperti AS, China, India, dan Israel – bukanlah penandatangan dan dengan demikian tidak bertanggung jawab kepada ICC.
 
Akan tetapi, setiap kunjungan ke negara penandatangan Statuta Roma akan membuat Putin terancam ditangkap.
 
Kekhawatiran itu mengemuka selama perjalanan yang direncanakannya ke Afrika Selatan untuk menghadiri konferensi blok ekonomi BRICS.
 
 
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mencoba menghindari masalah tersebut, dengan menegaskan kembali pernyataan Rusia bahwa penangkapan akan sama saja dengan "deklarasi perang."
 
"Akan bertentangan dengan Konstitusi kita untuk mengambil risiko terlibat dalam perang dengan Rusia," kata Ramaphosa saat itu.
 
Putin akhirnya memutuskan untuk tidak menghadiri konferensi BRICS secara langsung, dan malah mengirim menteri luar negerinya Sergei Lavrov untuk hadir menggantikannya.
 
Sekarang, Putin berencana untuk mengunjungi Mongolia – penandatangan Statuta Roma – pada tanggal 3 September atas undangan Presiden Mongolia Ukhnaagiin Khurelsukh, untuk merayakan ulang tahun ke-85 kemenangan militer bersama atas pasukan Jepang.
 
Menurut pernyataan dari Kremlin, kedua pemimpin juga akan mengadakan pembicaraan tentang pengembangan "kemitraan strategis yang komprehensif" dan menandatangani "sejumlah dokumen bilateral".
 
Ukraina menanggapi berita kunjungan Putin dengan meminta pejabat Mongolia untuk mematuhi komitmen ICC mereka dan menindaklanjuti penangkapan Putin.
 
Dalam sebuah pernyataan, Ukraina menyebut Putin sebagai penjahat perang dan menekankan bahwa penculikan anak-anak hanyalah "salah satu dari banyak kejahatan" yang telah dilakukan Putin sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
 
 
"Orang-orang ini bersalah atas perang agresif terhadap Ukraina, kekejaman terhadap rakyat Ukraina," tulis Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah posting di Telegram.
 
"Kami meminta otoritas Mongolia untuk melaksanakan surat perintah penangkapan internasional wajib dan menyerahkan Putin ke Mahkamah Kriminal Internasional di Den Haag," tambah kementerian tersebut.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×