Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat ke level terendah dalam 30 tahun terakhir menjadi 6,2% tahun ini dan lebih melambat lagi menjadi 5,9% pada tahun 2020.
Ini merupakan hasil dari jajak pendapat Reuters. Hasil survei menggarisbawahi, adanya tantangan besar yang dihadapi oleh Beijing meskipun Negeri Panda ini sudah meningkatkan stimulus di tengah memanasnya perang dagang dengan AS.
Perkiraan median untuk pertumbuhan 2019 berada di dekat ujung bawah kisaran target pemerintah sebesar 6%-6,5%, dan akan menjadi ekspansi terlemah untuk ekonomi terbesar kedua di dunia itu sejak 1990.
Baca Juga: Mengekor pelonggaran moneter global, Korea Selatan gunting suku bunga acuan
Melansir Reuters, hasil polling 83 analis juga memperkirakan pertumbuhan kuartal ketiga akan berada di level 6,1% dalam basis tahunan, lebih rendah dari survei terakhir yang dilakukan pada bulan Juli sebesar 6,2%.
Secara keseluruhan, ini akan menandai perlambatan lebih lanjut dari pertumbuhan 6,6% pada 2018 dan 6,8% pada 2017. Perlambatan ini menyoroti besarnya tekanan global dan domestik yang semakin intensif pada negara dengan ekonomi terbesar di Asia.
Asal tahu saja, China akan merilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga pada 18 Oktober mendatang.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2020 kemungkinan akan mendingin lebih lanjut menjadi 5,9%, di bawah prediksi dalam survei sebelumnya di level 6,0%.
Baca Juga: Bertebaran sentimen positif, seluruh bursa Asia menguat
Data suram dalam beberapa bulan terakhir telah menandakan rendahnya tingkat permintaan baik di dalam maupun luar negeri. Terkait hal itu, market berharap, Beijing akan kembali merilis langkah-langkah stimulus lebih banyak untuk menangkal perlambatan yang lebih tajam dan mencegah lebih banyak hilangnya lapangan kerja.
"Jika pasar tenaga kerja memburuk tajam pada akhir 2019 dan awal 2020, kebijakan stimulus dapat meningkat pada Maret tahun depan," kata Tao Wang, ekonom China di UBS. "Ketika kebijakan-kebijakan baru mulai berlaku, dan seiring guncangan tarif yang lebih tinggi memuncak pada kuartal pertama 2020, kami melihat pertumbuhan PDB China rebound dari kuartal dua 2020 dan seterusnya."
Baca Juga: Moody's Analytics: Trump akan menang mudah pada Pemilu 2020 jika....
Beijing telah mengandalkan kombinasi stimulus fiskal dan pelonggaran moneter untuk mengatasi perlambatan saat ini. Akan tetapi, analis mengatakan ruang untuk tindakan kebijakan yang agresif telah dibatasi oleh kekhawatiran atas risiko utang dan perumahan.