Sumber: Forbes,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Meskipun Alphabet mengalami penurunan pendapatan dan penurunan nilai pasar, analis Wall Street tetap sangat bullish pada saham Alphabet. Mereka sangat yakin bahwa saham Alphabet dapat bangkit kembali.
Mengutip Bloomberg, 89% analis yang diwawancarai merekomendasikan "beli". Sementara, ada 11% analis yang merekomendasikan "tahan" dan tak ada satu pun analis yang merekomendasikan "jual".
Baca Juga: Wabah virus corona mengganggu produksi layar televisi dan laptop
Saham Google melonjak 26% tahun lalu, dan bergerak lebih tinggi berkat perubahan kepemimpinan bersejarah yang didukung oleh investor. Cofounders Larry Page dan Sergey Brin mengundurkan diri dan digantikan oleh CEO baru Sundar Pichai Desember lalu.
Pertumbuhan Google yang terus berlanjut selama satu dekade terakhir dapat dikreditkan dengan kekuatan relatif dari bisnis intinya berupa iklan, akuisisi perusahaan bagus seperti YouTube, dan ekspansi ke bidang-bidang lain yang tumbuh cepat — seperti komputasi awan dan proyek-proyek “moonshot”, seperti mobil self-driving divisi Waymo.
Baca Juga: Seberapa besar dampak wabah virus corona memukul bisnis korporasi besar dunia?
Di sisi lain, Google juga menghadapi pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat dalam bisnis periklanan utamanya selama beberapa tahun terakhir, dengan pertumbuhan penjualan turun di bawah 20% dalam tiga kuartal tahun lalu, menurut data Reuters.
Dengan harapan meyakinkan investor, Google untuk pertama kalinya merilis angka penjualan segmen pertumbuhan baru seperti YouTube dan Google Cloud. Sayangnya, angka-angka itu tetap mengecewakan.
Baca Juga: Wah, pendapatan Microsoft berhasil lampaui ekspektasi pasar
YouTube menghasilkan pendapatan sekitar US$ 15 miliar pada tahun lalu (lebih rendah dari prediksi analis). Sementara, Google Cloud tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat daripada pesaingnya, Microsoft Azure.