Sumber: Forbes,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Setelah bergabung dengan perusahaan besar seperti Apple, Microsoft dan Amazon di klub US$ 1 triliun untuk pertama kalinya bulan lalu, Alphabet, perusahaan induk Google, mengalami penurunan nilai saham yang tajam hingga kembali di bawah ambang batas pada hari Selasa (4/2). Kondisi itu terjadi setelah Alphabet merilis kinerja kuartal empat yang sangat buruk.
Melansir Forbes, saham Alphabet telah jatuh sekitar 3% sejak perusahaan merilis kinerja yang berada di bawah ekspektasi pada Senin. Kondisi itu secara otomatis telah memangkas kapitalisasi market perusahaan kembali menjadi sekitar US$ 990 miliar. Hal ini dilaporkan pertama kali oleh Reuters.
Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, perusahaan raksasa mesin pencari ini melaporkan pendapatan kuartal keempat di bawah ekspektasi akibat angka penjualan untuk bisnis iklan utama Google, mulai dari segmen YouTube dan Google Cloud, yang mengecewakan.
Baca Juga: Pendapatan iklan YouTube sepanjang 2019 capai US$ 15,15 miliar
Sebelumnya, nilai kapitalisasi pasar Google telah melampaui US$ 1 triliun untuk pertama kalinya pada pertengahan Januari, sehingga menjadikan Alphabet sebagai perusahaan teknologi besar keempat yang melampaui tonggak sejarah itu.
Apple adalah perusahaan publik pertama yang mencapai nilai kapitalisasi pasar US$ 1 triliun pada Agustus 2018. Di sepanjang 2020, harga sahamnya sudah naik hampir 6% dengan nilai kapitalisasi pasar sekitar US$ 1,39 triliun.
Baca Juga: Alphabet umumkan pendapatan iklan di bisnis YouTube dan cloud untuk pertama kalinya
Microsoft bergabung dengan klub US$ 1 triliun pada paruh pertama tahun 2019. Sepanjang tahun ini, harga sahamnya sudah naik 12% dan nilai market cap-nya saat ini adalah US$ 1,37 triliun. Kondisi ini tentu mengancam posisi Apple yang saat ini berpredikat sebagai perusahaan AS yang paling berharga.
Amazon milik Jeff Bezos adalah perusahaan teknologi besar ketiga dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1 triliun. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar Amazon mencapai US$ 1,01 triliun. Harga sahamnya telah meningkat lebih dari 7% di tahun ini.
Meskipun Alphabet mengalami penurunan pendapatan dan penurunan nilai pasar, analis Wall Street tetap sangat bullish pada saham Alphabet. Mereka sangat yakin bahwa saham Alphabet dapat bangkit kembali.
Mengutip Bloomberg, 89% analis yang diwawancarai merekomendasikan "beli". Sementara, ada 11% analis yang merekomendasikan "tahan" dan tak ada satu pun analis yang merekomendasikan "jual".
Baca Juga: Wabah virus corona mengganggu produksi layar televisi dan laptop
Saham Google melonjak 26% tahun lalu, dan bergerak lebih tinggi berkat perubahan kepemimpinan bersejarah yang didukung oleh investor. Cofounders Larry Page dan Sergey Brin mengundurkan diri dan digantikan oleh CEO baru Sundar Pichai Desember lalu.
Pertumbuhan Google yang terus berlanjut selama satu dekade terakhir dapat dikreditkan dengan kekuatan relatif dari bisnis intinya berupa iklan, akuisisi perusahaan bagus seperti YouTube, dan ekspansi ke bidang-bidang lain yang tumbuh cepat — seperti komputasi awan dan proyek-proyek “moonshot”, seperti mobil self-driving divisi Waymo.
Baca Juga: Seberapa besar dampak wabah virus corona memukul bisnis korporasi besar dunia?
Di sisi lain, Google juga menghadapi pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat dalam bisnis periklanan utamanya selama beberapa tahun terakhir, dengan pertumbuhan penjualan turun di bawah 20% dalam tiga kuartal tahun lalu, menurut data Reuters.
Dengan harapan meyakinkan investor, Google untuk pertama kalinya merilis angka penjualan segmen pertumbuhan baru seperti YouTube dan Google Cloud. Sayangnya, angka-angka itu tetap mengecewakan.
Baca Juga: Wah, pendapatan Microsoft berhasil lampaui ekspektasi pasar
YouTube menghasilkan pendapatan sekitar US$ 15 miliar pada tahun lalu (lebih rendah dari prediksi analis). Sementara, Google Cloud tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat daripada pesaingnya, Microsoft Azure.