Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Oh mengatakan, pada titik ini, vaksin hanya akan membuat sedikit perbedaan pada situasi yang dihadapi Korea Utara. Dia mengatakan wabah omicron di Korea Utara kemungkinan dimulai sekitar 15 April, beberapa minggu sebelum pengumuman resmi.
“Bahkan jika vaksin akan tiba sekarang, dibutuhkan setidaknya satu bulan untuk kedua dosis untuk sampai ke tangan orang-orang dan untuk efek perlindungan penuh,” katanya.
“Pada saat itu, omicron sudah mencapai puncaknya dan telah melakukan kerusakan,” tambahnya.
Sebaliknya, apa yang lebih mendesak diperlukan adalah perawatan termasuk antivirus dan obat anti-inflamasi untuk menghentikan warga menjadi sangat sakit serta obat-obatan dasar yang dijual bebas seperti penurun demam, katanya.
Kurangnya akses atas obat-obatan esensial dapat memaksa warga Korea Utara untuk menggunakan alternatif nonmedis.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Infeksi Virus Corona Korea Utara Mencapai 1,7 Juta
Di Ambang Malapetaka Covid-19
Sementara itu, The Guardian memberitakan, Korea Utara berada di ambang malapetaka Covid-19. Menurut para ahli, hal ini bisa dihindari jika pemerintah Korea Utara mengambil tindakan cepat untuk menyediakan vaksin dan perawatan obat. Saat ini, jumlah orang yang dilaporkan terinfeksi Covid-19 meningkat menjadi hampir 1,5 juta.
Wabah Covid-19 yang signifikan dapat memicu krisis kemanusiaan di Korea Utara, di mana ekonomi telah terpukul oleh penutupan perbatasannya yang dipaksakan oleh pandemi dengan China – mitra dagang utamanya – bencana alam, dan sanksi internasional selama bertahun-tahun yang diberlakukan sebagai tanggapan terhadap uji coba rudal balistik.
Korea Utara juga dinilai tidak memberikan vaksinasi kepada penduduknya dan tidak memiliki akses ke obat antivirus yang telah digunakan untuk mengobati Covid-19 di negara lain.
Rumah sakitnya memiliki sedikit sumber daya perawatan intensif untuk mengobati kasus yang parah, dan kekurangan gizi yang meluas telah membuat populasi 26 juta lebih rentan terhadap penyakit serius.
“Kelihatannya sangat buruk,” kata Owen Miller, dosen studi Korea di School of Oriental and African Studies, London University.
Dia menambahkan, “Mereka menghadapi penyebaran Omicron yang merajalela tanpa perlindungan dari vaksin, tanpa banyak – jika ada –