Reporter: Barratut Taqiyyah, BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SANAA. Pasukan keamanan di ibukota Yaman, Sanaa, harus menggunakan gas air mata dan tongkat senjata untuk membubarkan aksi demonstrasi. Para demonstran menuntut agar Presiden Ali Saleh meletakkan jabatannya.
Dengan demikian, sudah lima hri berturut-turut aksi demonstrasi di Yaman berlangsung. Aksi ini terinspirasi dari aksi pro demokrasi serupa di Tunisia dan Mesir.
Padahal, Presiden Ali yang sudah menjabat lebih dari 32 tahun bilang, dia tidak memiliki niatan untuk kembali memimpin setelah masa jabatannya habis di 2013. Pernyataan sang presiden rupanya tak digubris. Massa tetap menginginkan adanya perubahan politik.
Alhasil, bentrokan tidak dapat dihindari pada Selasa (15/2) kemarin. Tujuh orang terluka, termasuk anggota parlemen oposisi Ahmed Seif Hashid.
Asal tahu saja, gelombang demonstrasi melanda kawasan Timur Tengah sejak awal tahun ini. Kondisi itu dipicu oleh tingginya angka pengangguran, tingginya biaya hidup, korupsi, dan pemerintahan yang otoriter.
Selain di Yaman, aksi serupa juga tampak di Teheran, ibukota Iran, dan Manama, ibukota Bahrain.