Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk menambah stimulus untuk kedua kalinya dalam dua bulan terakhir. Ini merupakan pelonggaran kebijakan tercepat yang dilakukan BOJ dalam satu dekade terakhir. Salah satu tujuannya adalah mendongkrak perekonomian yang tengah berada pada risiko kontraksi.
Dalam pernyataannya pada hari ini (30/10), bank sentral Negeri Sakura akan meningkatkan dana pembelian aset sebesar 11 triliun yen atau US$ 138 miliar menjadi 66 triliun yen. Selain itu, BOJ tetap mempertahankan program kredit pinjaman terpisah senilai 25 triliun yen.
Hal ini sesuai dengan prediksi 27 ekonom yang disurvei Bloomberg, di mana mayoritas ekonom memprediksi penambahan dana pembelian aset sebesar 10 triliun yen.
Selain itu, BOJ tidak mengubah kebijakan suku bunga acuannya antara 0 hingga 0,1% dan jumlah pembelian obligasi perbulannya sebesar 1,8 triliun yen. Dana pembelian aset sudah menjadi alat kebijakan utama BOJ sejak Oktober 2010 lalu.
Memang, belakangan, tekanan terhadap Gubernur BOJ Masaaki Shirakawa untuk melakukan pelonggaran kebijakan semakin besar. Hal ini dilatarbelakangi melempemnya sejumlah data indikator ekonomi Jepang yang menunjukkan ekonomi Negeri Matahari terbit itu semakin dekat menuju kontraksi.
Misalnya saja, tingkat produksi industri Jepang turun lebih besar dibanding prediksi sebesar 4,1% pada September. Ini merupakan penurunan terbesar sejak gempa bumi yang melanda Jepang Maret tahun lalu. Selain itu, pada September, tingkat ekspor turun 10,3% dan penjualan ritel tumbuh lebih rendah dari prediksi.
"Merupakan hal yang tidak biasa bagi BOJ untuk memutuskan pelonggaran kebijakan dalam dua bulan berturut-turut. Namun, langkah ini harus diambil Shirakawa untuk menghindari kontraksi ekonomi Jepang menjadi lebih buruk lagi," jelas Mari Iwashita, bond strategist SMBC Nikko Securities Inc di Tokyo.