kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Warga Sri Lanka Rayakan Tahun Baru, Peramal Ini Melihat Masa Depan yang Suram


Kamis, 13 April 2023 / 06:15 WIB
Warga Sri Lanka Rayakan Tahun Baru, Peramal Ini Melihat Masa Depan yang Suram
ILUSTRASI. Seorang peramal di Sri Lanka memprediksi masa depan yang suram untuk negaranya. REUTERS/Dinuka Liyanawatte


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - PAMUNUWA. Peramal Andara Maanage Chandani, yang mengelola sebuah kuil kecil di rumahnya di dekat Kolombo, mengatakan bahwa ia biasanya mendapatkan cukup uang untuk membeli pakaian bagi kedelapan anggota keluarganya setiap Tahun Baru Sri Lanka, yang jatuh pada minggu ini.

Namun kali ini, Chandani mengatakan bahwa ia hanya mampu membeli bawahan untuk tiga dari lima anaknya dan tidak ada untuk dirinya sendiri, suaminya yang membantu pekerjaannya, dan ayahnya yang menjadi tanggungannya.

Melansir Reuters, penghasilannya berkurang separuh namun pengeluarannya meningkat dua kali lipat, karena negara ini sedang berjuang melawan krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari tujuh dekade terakhir. 

Kondisi ini tetap terjadi meskipun ada komitmen Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru ini untuk memberikan dana sekitar US$ 3 miliar selama empat tahun kepada Sri Lanka.

"Saya telah membeli pakaian untuk menutupi bagian bawah untuk tiga orang. Saya berpikir bagaimana cara mendapatkan sisanya," kata Chandani, 49 tahun, sambil menyeruput minuman jeruk di tepi jalan yang ramai di daerah Pamunuwa yang dipenuhi oleh para pembeli yang ingin mendapatkan barang murah.

Baca Juga: Jumlah Negara Berkembang yang Terlilit Krisis Utang Akut Tembus Rekor

"Semuanya lebih mahal. Makanan, pakaian, tagihan listrik dan air, tetapi pendapatan lebih rendah. Semua orang sedang berjuang," jelasnya lagi.

Sekitar 85% dari 22 juta penduduk Sri Lanka merayakan Tahun Baru pada tanggal 14 April, dengan merayakan hari baik dan mengunjungi keluarga. Memberikan pakaian baru dan manisan adalah bagian penting dari perayaan ini.

Namun sejak dimulainya krisis ekonomi sejak Maret tahun lalu, Chandani mengatakan bahwa penghasilannya turun menjadi sekitar 50.000 rupee (US$ 160) per bulan. Putra sulungnya adalah seorang penjaga paruh waktu di sebuah klub dan satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga.

"Saya hanya fokus untuk membeli kebutuhan pokok sekarang," katanya. "Sekali atau dua kali seminggu saya akan membeli ikan dan sedikit ayam untuk anak-anak."

Baca Juga: Sri Lanka Menerima Bailout IMF Tahap Pertama



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×