kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.267.000   -15.000   -0,66%
  • USD/IDR 16.638   8,00   0,05%
  • IDX 8.166   73,60   0,91%
  • KOMPAS100 1.140   14,92   1,33%
  • LQ45 837   14,10   1,71%
  • ISSI 284   1,36   0,48%
  • IDX30 440   7,08   1,63%
  • IDXHIDIV20 508   9,69   1,94%
  • IDX80 129   2,21   1,75%
  • IDXV30 138   1,87   1,37%
  • IDXQ30 140   1,63   1,17%

Wariskan Kekayaan Langsung ke Cucu, Strategi Tak Lazim Sang Raja Cat Nippon Paint


Selasa, 28 Oktober 2025 / 17:58 WIB
Wariskan Kekayaan Langsung ke Cucu, Strategi Tak Lazim Sang Raja Cat Nippon Paint
ILUSTRASI. Goh Cheng Liang, salah satu orang terkaya di Singapura yang membangun kerajaan bisnis cat melalui kemitraan dengan perusahaan Jepang Nippon Paint, meninggal dunia pada Selasa (12/8) pagi di usia 98 tahun


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  SINGAPURA. Beberapa bulan sebelum meninggal dunia pada Agustus 2025 di usia 98 tahun, taipan cat asal Singapura Goh Cheng Liang ternyata sudah merancang matang masa depan kerajaan bisnisnya yang bernilai miliaran dolar.

Melansir The Business Times, Selasa (28/10/2025), dokumen resmi Nippon Paint mengungkap bahwa pada Desember 2024, saham perusahaan induk Nipsea International telah dialihkan kepada enam orang cucu Goh — dari total delapan cucunya. Mereka kini memegang satu miliar lembar saham senilai lebih dari S$ 10 miliar atau sekitar Rp 120 triliun.

Sementara itu, putra tunggal Goh, Goh Hup Jin, yang menjabat sebagai Chairman Nippon Paint, hanya menerima satu lembar saham preferen yang bisa ditebus, namun dengan hak suara sebesar 90,9%. 

Dengan demikian, kendali perusahaan tetap berada di tangannya meski kepemilikan telah beralih ke generasi ketiga.

Baca Juga: Nippon Paint Indonesia Berduka Atas Meninggalnya Raja Cat Singapura Goh Cheng Liang

Langkah keluarga Goh ini dinilai tidak lazim namun rasional oleh para ahli suksesi. 

Menurut Associate Professor Yupana Wiwattanakantang dari National University of Singapore, strategi tersebut masuk akal karena Goh Hup Jin yang sudah berusia 70-an bisa menghindari proses transfer kepemilikan kedua yang berpotensi mahal dalam waktu dekat. 

Sebaliknya, ia dapat fokus menyiapkan pemimpin berikutnya dari generasi cucu.

Salah satu cucu, Martin Lavoo (38), kini duduk di dewan direksi Nipsea dan menjadi wakil resmi perusahaan. Lavoo dikenal sebagai wirausahawan muda yang ikut mendirikan perusahaan pertanian urban Sustenir pada 2013. 

Baca Juga: Warisi Saham, Enam Cucu Mendiang Taipan Kerajaan Cat Jadi Miliarder Baru

“Langkah ini menunjukkan pemisahan antara kepemilikan dan kepemimpinan, yang merupakan ciri tata kelola profesional,” ujar Prof Yupana.

Ia menambahkan, kepemilikan saham cucu-cucu Goh tidak langsung pada Nippon Paint yang tercatat di bursa Tokyo, melainkan pada Nipsea selaku induk. Struktur ini mencegah saham keluarga dijual bebas di pasar dan menghindari berkurangnya kendali keluarga.

Langka namun Mulai Dilirik

Meski menarik, strategi pewarisan langsung ke cucu seperti keluarga Goh masih jarang ditemui di Asia. Michael Troth, Head of Wealth Planning Citi Private Bank Asia-Pacific, mengatakan sebagian besar keluarga bisnis tetap menerapkan pola klasik: dari generasi pertama ke anak, baru kemudian ke cucu.

Namun, dalam kondisi tertentu, pewarisan bisa “melompati generasi” jika cucu dinilai lebih cakap mengelola bisnis dibanding orang tuanya. “Risikonya adalah perbedaan visi antara generasi kedua dan ketiga yang dapat menimbulkan konflik,” ujarnya.

Angela Koh dari UOB Private Bank menambahkan, meski generasi kedua tidak memiliki saham, mereka biasanya tetap dilibatkan dalam keputusan strategis seperti kebijakan dividen dan perekrutan eksekutif senior. 

Baca Juga: Taipan Malaysia Robert Kuok Rayakan Ultah ke-102, Masih Aktif di Dunia Bisnis

Dalam beberapa tahun terakhir, ia juga melihat peningkatan praktik pewarisan langsung ke cucu, terutama untuk aset likuid seperti uang tunai dan saham, karena banyak anak generasi kedua yang sudah mapan secara finansial.

Hal senada diungkap Paul Chua dari Bank of Singapore. Menurutnya, beberapa kliennya memilih memberikan properti atau koleksi seni kepada anak, sementara sebagian kekayaan pribadi langsung diberikan ke cucu. 

“Bukan berarti melewati satu generasi, melainkan pembagian tanggung jawab antargenerasi,” katanya.

Faktor Pajak Jadi Pertimbangan

Bagi keluarga kaya yang ingin mewariskan harta langsung ke cucu, tempat tinggal dan domisili pajak cucu menjadi hal krusial. 

Troth menjelaskan, jika cucu tinggal di negara dengan tarif pajak tinggi, warisan bisa menjadi beban besar. Negara seperti Amerika Serikat menerapkan pajak warisan hingga 40%, meski hanya untuk kelompok sangat kaya.

Polka Mishra dari Javelin Wealth Management menambahkan, risiko pajak ganda juga bisa muncul bila cucu memiliki kewarganegaraan atau izin tinggal tetap di negara dengan aturan pajak warisan ketat.

Kondisi di Singapura jauh lebih ramah. Sejak 2008, negara ini menghapus pajak warisan (estate duty). Karena itu, UOB mencatat semakin banyak keluarga kaya dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan yang memindahkan anggota generasi ketiga ke Singapura demi memanfaatkan iklim pajak yang ringan.

Di Jepang, misalnya, tarif pajak warisan bisa mencapai 55%. Jika harta diwariskan tanpa perencanaan, kekayaan bisa habis hanya dalam dua generasi. 

Baca Juga: Seni Menabung Uang Metode Kakeibo Ala Jepang Agar Cepat Kaya, Ini Caranya

Meski demikian, budaya Jepang cenderung menolak penggunaan trust karena dianggap sebagai upaya menghindari pajak. Sebagai alternatif, banyak keluarga kaya mendirikan yayasan amal untuk mengelola dan menyalurkan kekayaan mereka secara filantropis.

Menurut Guo Jiawen dari Bank of Singapore, pertimbangan utama dalam perencanaan warisan bukan hanya pajak, tetapi juga kebutuhan penerima. 

Apakah mereka masih bersekolah, sudah berkeluarga, atau butuh modal untuk bisnis baru, semuanya memengaruhi keputusan pewarisan. 

Namun, jika cucu tinggal di negara dengan pajak tinggi, keluarga jarang menambah porsi warisan untuk menutupi beban tersebut. “Itu pilihan mereka, dan mereka harus menanggung konsekuensinya,” ujar Guo.

Pelajaran bagi Keluarga Lain

Meski tidak semua orang memiliki kerajaan bisnis seperti keluarga Goh, para ahli menilai ada pelajaran berharga dari strategi pewarisan mereka. 

Pertama, perencanaan harus dilakukan sejak dini dan disertai komunikasi terbuka. 

“Banyak orang takut memberikan aset terlalu cepat karena khawatir tak lagi diperhatikan. Tapi jika terlalu menunda, saat meninggal mendadak, semuanya bisa kacau,” kata Yupana.

Para bankir pribadi juga menekankan pentingnya menjelaskan keputusan pewarisan, terutama jika generasi kedua dilewati. “Tanpa komunikasi, bisa muncul perasaan tidak dipercaya atau bahkan tersisih,” ujar Koh.

Selain itu, keluarga juga perlu memisahkan kepemilikan dan kepemimpinan. “Menyerahkan bisnis kepada anak favorit tanpa pertimbangan kemampuan bisa berbahaya,” tegas Yupana. 

Baca Juga: Ini 7 Pola Pikir Orang Kaya yang Bisa Mengubah Hidup Anda

Pengaturan melalui perusahaan induk atau pembagian aset yang adil dapat membantu mencegah konflik antar saudara.

Lebih jauh lagi, menjaga kesamaan visi keluarga juga menjadi kunci agar kekayaan tidak memecah belah. “Kekayaan hanyalah alat. Tanpa nilai dan tujuan bersama, keluarga bisa tercerai-berai,” kata Koh.

Di Amerika Serikat, banyak keluarga kaya membentuk trust untuk melindungi aset dari pajak, kebangkrutan, atau perceraian. 

Namun, seperti diungkap konsultan keluarga Amy Wirtz, yang terpenting bukanlah struktur hukumnya, melainkan pewarisan nilai, visi, dan misi keluarga. “Itulah yang membuat generasi berikutnya punya hubungan sehat dengan kekayaan yang diwariskan,” ujarnya.

Baca Juga: 10 Tanda Anda Meningkat dari Kelas Menengah Menjadi Orang Kaya, Apa Saja?

Keluarga Goh tampaknya memahami prinsip ini. Melalui yayasan keluarga, kegiatan filantropi, dan program beasiswa, mereka berupaya menjaga agar generasi penerus tetap berpijak pada nilai yang sama. 

Dengan cara itu, warisan besar mereka tidak hanya bertahan lintas generasi, tetapi juga menjadi sumber makna dan kebersamaan yang berkelanjutan.

Selanjutnya: Dirasa Belum Siap, Begini Fakta-fakta Viral Petisi agar TKA 2025 Dibatalkan

Menarik Dibaca: Dirasa Belum Siap, Begini Fakta-fakta Viral Petisi agar TKA 2025 Dibatalkan




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×