kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.282.000   -45.000   -1,93%
  • USD/IDR 16.624   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.093   -24,52   -0,30%
  • KOMPAS100 1.125   -4,40   -0,39%
  • LQ45 823   -1,92   -0,23%
  • ISSI 283   -0,49   -0,17%
  • IDX30 433   -0,40   -0,09%
  • IDXHIDIV20 498   -2,95   -0,59%
  • IDX80 126   0,00   0,00%
  • IDXV30 136   -0,02   -0,01%
  • IDXQ30 139   -0,09   -0,06%

Wariskan Kekayaan Langsung ke Cucu, Strategi Tak Lazim Sang Raja Cat Nippon Paint


Selasa, 28 Oktober 2025 / 17:58 WIB
Wariskan Kekayaan Langsung ke Cucu, Strategi Tak Lazim Sang Raja Cat Nippon Paint
ILUSTRASI. Goh Cheng Liang, salah satu orang terkaya di Singapura yang membangun kerajaan bisnis cat melalui kemitraan dengan perusahaan Jepang Nippon Paint, meninggal dunia pada Selasa (12/8) pagi di usia 98 tahun


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

Bagi keluarga kaya yang ingin mewariskan harta langsung ke cucu, tempat tinggal dan domisili pajak cucu menjadi hal krusial. 

Troth menjelaskan, jika cucu tinggal di negara dengan tarif pajak tinggi, warisan bisa menjadi beban besar. Negara seperti Amerika Serikat menerapkan pajak warisan hingga 40%, meski hanya untuk kelompok sangat kaya.

Polka Mishra dari Javelin Wealth Management menambahkan, risiko pajak ganda juga bisa muncul bila cucu memiliki kewarganegaraan atau izin tinggal tetap di negara dengan aturan pajak warisan ketat.

Kondisi di Singapura jauh lebih ramah. Sejak 2008, negara ini menghapus pajak warisan (estate duty). Karena itu, UOB mencatat semakin banyak keluarga kaya dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan yang memindahkan anggota generasi ketiga ke Singapura demi memanfaatkan iklim pajak yang ringan.

Di Jepang, misalnya, tarif pajak warisan bisa mencapai 55%. Jika harta diwariskan tanpa perencanaan, kekayaan bisa habis hanya dalam dua generasi. 

Baca Juga: Seni Menabung Uang Metode Kakeibo Ala Jepang Agar Cepat Kaya, Ini Caranya

Meski demikian, budaya Jepang cenderung menolak penggunaan trust karena dianggap sebagai upaya menghindari pajak. Sebagai alternatif, banyak keluarga kaya mendirikan yayasan amal untuk mengelola dan menyalurkan kekayaan mereka secara filantropis.

Menurut Guo Jiawen dari Bank of Singapore, pertimbangan utama dalam perencanaan warisan bukan hanya pajak, tetapi juga kebutuhan penerima. 

Apakah mereka masih bersekolah, sudah berkeluarga, atau butuh modal untuk bisnis baru, semuanya memengaruhi keputusan pewarisan. 

Namun, jika cucu tinggal di negara dengan pajak tinggi, keluarga jarang menambah porsi warisan untuk menutupi beban tersebut. “Itu pilihan mereka, dan mereka harus menanggung konsekuensinya,” ujar Guo.

Pelajaran bagi Keluarga Lain

Meski tidak semua orang memiliki kerajaan bisnis seperti keluarga Goh, para ahli menilai ada pelajaran berharga dari strategi pewarisan mereka. 

Pertama, perencanaan harus dilakukan sejak dini dan disertai komunikasi terbuka. 

“Banyak orang takut memberikan aset terlalu cepat karena khawatir tak lagi diperhatikan. Tapi jika terlalu menunda, saat meninggal mendadak, semuanya bisa kacau,” kata Yupana.

Para bankir pribadi juga menekankan pentingnya menjelaskan keputusan pewarisan, terutama jika generasi kedua dilewati. “Tanpa komunikasi, bisa muncul perasaan tidak dipercaya atau bahkan tersisih,” ujar Koh.

Selain itu, keluarga juga perlu memisahkan kepemilikan dan kepemimpinan. “Menyerahkan bisnis kepada anak favorit tanpa pertimbangan kemampuan bisa berbahaya,” tegas Yupana. 

Baca Juga: Ini 7 Pola Pikir Orang Kaya yang Bisa Mengubah Hidup Anda

Pengaturan melalui perusahaan induk atau pembagian aset yang adil dapat membantu mencegah konflik antar saudara.

Lebih jauh lagi, menjaga kesamaan visi keluarga juga menjadi kunci agar kekayaan tidak memecah belah. “Kekayaan hanyalah alat. Tanpa nilai dan tujuan bersama, keluarga bisa tercerai-berai,” kata Koh.

Di Amerika Serikat, banyak keluarga kaya membentuk trust untuk melindungi aset dari pajak, kebangkrutan, atau perceraian. 

Namun, seperti diungkap konsultan keluarga Amy Wirtz, yang terpenting bukanlah struktur hukumnya, melainkan pewarisan nilai, visi, dan misi keluarga. “Itulah yang membuat generasi berikutnya punya hubungan sehat dengan kekayaan yang diwariskan,” ujarnya.

Baca Juga: 10 Tanda Anda Meningkat dari Kelas Menengah Menjadi Orang Kaya, Apa Saja?

Keluarga Goh tampaknya memahami prinsip ini. Melalui yayasan keluarga, kegiatan filantropi, dan program beasiswa, mereka berupaya menjaga agar generasi penerus tetap berpijak pada nilai yang sama. 

Dengan cara itu, warisan besar mereka tidak hanya bertahan lintas generasi, tetapi juga menjadi sumber makna dan kebersamaan yang berkelanjutan.

Selanjutnya: Dirasa Belum Siap, Begini Fakta-fakta Viral Petisi agar TKA 2025 Dibatalkan

Menarik Dibaca: Dirasa Belum Siap, Begini Fakta-fakta Viral Petisi agar TKA 2025 Dibatalkan




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×