Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng pada hari Kamis (31/3) mengumumkan bahwa kementeriannya telah membentuk tim khusus untuk mempelajari strategi perang Ukraina. Taiwan akan mengkaji lebih dalam bagaimana Ukraina bisa bertahan dari invasi Rusia.
Chiu mengatakan bahwa tim ini juga akan menjalin diskusi dengan sekutunya, Amerika Serikat.
Invasi Rusia ke Ukraina yang menjadi nyata membuat Taiwan kini semakin waspada terhadap kemungkinan China melakukan langkah serupa terhadap dirinya.
Baca Juga: AS dan Filipina Gelar Latihan Tempur di Dekat Taiwan, Bisa Sulut Amarah China
Berbicara di sela-sela pertemuan parlemen, Chiu mengatakan mereka telah menghubungi negara-negara asing untuk membicarakan bagaimana perang itu terjadi. Pihaknya juga telah membentuk kelompok kerja mereka sendiri untuk mempelajarinya.
"Ini tidak hanya dibahas dalam pertemuan antara AS dan Taiwan, tetapi juga dengan negara-negara lain yang rutin menjalin kontak dengan Taiwan," kata Chiu.
Baca Juga: Zelensky: Perundingan Menunjukkan Sinyal Positif, Tapi Belum Bisa Menahan Rusia
Chiu menjelaskan bahwa tim khusus yang dibentuk ini berisi akademisi dari Universitas Pertahanan Nasional. Salah satu topik yang menjadi penelitian adalah kinerja militer Rusia yang buruk dan perlawanan Ukraina.
Meski mengaku belum melihat tanda invasi dari China, Chiu tetap berusaha untuk terus membangun kemampuan persenjataan dan kelengkapan perang.
"Kami tidak akan membuat pernyataan gegabah, tetapi melalui diskusi internal yang penting. Kami berusaha mendapatkan hasil yang bermanfaat untuk membangun persenjataan dan mempersiapkan perang," lanjutnya.
Memiliki kesamaan nasib dengan Ukraina
Skenario mengenai dampak perang di Ukraina terhadap pandangan China akan Taiwan telah menjadi perbincangan hangat para pejabat di Taipei. Sejumlah skenario mengenai bagaimana cara China menyerang Taiwan pun kini mulai diprediksi.
Baca Juga: Tugas di Kiev dan Chernihiv Selesai, Pasukan Rusia Kini Fokus ke Wilayah Donbass
Pejabat Taiwan melihat banyak kesamaan dalam perang Ukraina dan situasi mereka sendiri, salah satunya adalah memiliki tetangga besar yang memiliki ambisi secara teritorial. Taiwan dan Ukraina juga memiliki perbedaan yang kekuatan yang besar dengan tetangganya itu.
Namun, Taiwan cukup percaya diri dengan adanya Selat Taiwan yang dianggap mampu menjadi penghalang alami bagi pasukan China untuk melakukan invasi.
Kondisi ini dianggap lebih menguntungkan dibanding Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia di wilayah darat.
Taiwan juga mengklaim telah memiliki angkatan udara yang besar dan lengkap, dan sedang mengembangkan kemampuan serangan misilnya sendiri yang tangguh.
Serupa dengan Ukraina, Taiwan telah menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka. Selama dua tahun terakhir tekanan militer China terhadap Taiwan pun terasa semakin kuat.