Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON. Belum lama ini, Otoritas Kesehatan di Inggris mengumumkan adanya strain atau varian baru dari SARS-CoV-2, pemicu Covid-19. Strain virus corona baru dikatakan lebih menular hingga 70% dibanding virus sebelumnya. Bahkan sebagian besar kasus baru Covid-19 di Inggris disebabkan oleh strain virus tersebut.
Beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, Australia, dan Afrika Selatan juga melaporkan temuan kasus pertama yang disebabkan oleh mutasi virus tersebut.
Walau peneliti mengatakan strain virus baru ini lebih menular, tapi belum ada bukti yang menunjukkan bahwa strain virus baru lebih mematikan.
Tapi ada satu hal yang perlu menjadi perhatian. Beberapa bukti mengatakan strain virus baru ini lebih mungkin menginfeksi anak-anak.
Baca Juga: Penelitian teranyar: Lampu UV-LED bisa bunuh 99,9% virus corona
Mutasi telah terbukti meningkatkan kemampuan virus untuk menginfeksi sel di dalam tubuh. Bila sebelumnya kasus Covid-19 pada anak-anak dan orang yang lebih muda jarang ditemukan, maka hal berbeda bisa terjadi pada strain virus corona baru.
Untuk bisa menginfeksi sel, virus SARS-CoV-2 memerlukan reseptor ACE2 yang banyak berada di saluran pernapasan bagian atas. Jumlah reseptor lebih banyak ditemukan di orang dewasa dibandingkan anak-anak. Alasan inilah yang membuat kasus Covid-19 pada anak jarang terjadi.
Baca Juga: Virus corona tak terkendali, Thailand bakal berlakukan pembatasan yang lebih agresif
Namun, Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengungkapkam situasinya sekarang ini berbeda.
"Sebelumnya virus lebih sulit untuk masuk ke sel tubuh karena memerlukan reseptor ACE2 yang ada pada orang dewasa. Tapi sekarang virus dapat lebih mudah masuk ke sel," katanya kepada Express.
Hal inilah yang kemudian membuat anak-anak bisa menjadi lebih rentan untuk terinfeksi Covid-19.
"Bukan karena virus tersebut secara khusus menargetkan anak-anak. Tetapi karena sekarang lebih sedikit yang bisa menghambat virus masuk ke sel," ujar Barclay.
Baca Juga: Soal mutasi virus Covid-19, Menkes: Lebih cepat menular tapi tak lebih berbahaya
“Mengingat pola pencampuran virus, maka akan melihat lebih banyak anak yang terinfeksi," tambahnya.
Hingga saat ini para peneliti terus mempelajari efek dari strain virus corona baru. Gejala yang ditimbulkan masih sama seperti sebelumnya.
Baca Juga: Indonesia hadapi 37 kasus trade remedies selama pandemi, begini saran Kadin
WebMD melaporkan gejala infeksi antara lain demam, batuk, sesak atau sulit napas, kelelahan, menggigil, dan terkadang gemetar. Bisa juga muncul gejala pegal-pegal, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, kehilangan penciuman, mual, dan diare.
Barclay mengingatkan, virus dapat menyebabkan pneumonia, gagal napas, masalah jantung, masalah hati, syok septik, dan kematian.
"Banyak komplikasi Covid-19 yang mungkin disebabkan oleh kondisi sindrom pelepasan sitokin atau badai sitokin," tambahnya.
Badai sitokin terjadi ketika infeksi memicu sistem kekebalan 'membanjiri' aliran darah dengan protein inflamasi yang disebut sitokin. Kondisi ini dapat membunuh jaringan dan merusak organ.
Gejala untuk kondisi tersebut cukup parah dan membutuhkan pertolongan medis dengan segera. Gejalanya antara lain:
1. Kesulitan bernapas atau sesak napas
2. Nyeri atau tekanan dada
3. Kebingungan
4. Sulit bangun
5. Bibir atau wajah kebiruan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mutasi Virus Corona di Inggris Lebih Mudah Serang Anak-anak"
Penulis : Maria Adeline Tiara Putri
Editor : Lusia Kus Anna